Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mas Nadiem, Ajak Guru Merangkul Orangtua Selama Siswa Belajar di Rumah

19 September 2020   09:16 Diperbarui: 19 September 2020   09:32 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masukan dari orangtua sangat penting karena bagaimanapun juga orangtua yang lebih mengerti kondisi anak-anak mereka (foto: dok. Humas Pemkot Bandung)

Kasus ibu yang menganiaya anaknya gara-gara tidak bisa mengikuti pembelajaran daring dari sekolah menyadarkan saya satu hal penting yang hilang selama masa pandemi ini: tiadanya komunikasi yang erat, hangat dan intensif antara guru dan orangtua siswa.

Kurangnya Komunikasi Orangtua Siswa dan Guru Selama Pembelajaran Daring

Saya bukan ahli, pengamat atau pengajar hasil didikan kementerian. Sebagai orangtua yang mendampingi anak belajar di rumah selama pandemi, satu hal itulah yang hampir 7 bulan ini saya rasakan. Dan saya yakin, banyak orangtua juga merasakan hal yang sama. Komunikasi antara guru dan orangtua tidak terjalin dengan akrab dan intensif yang bisa membantu baik guru maupun orangtua itu sendiri memahami proses belajar anak dan bagaimana membantu mereka melewati masa-masa pendidikan yang sulit ini.

Di rumah, saya dan istri membagi tugas. Saya kebagian mendampingi putri sulung yang baru masuk SMA, sementara istri mendampingi putra bungsu yang duduk di kelas 6 SD. Seperti hampir semua orangtua siswa lainnya, kami pun ikut di grup WhatsApp paguyuban orangtua siswa yang didampingi wali kelas.

Selama masa pembelajaran daring, grup WhatsApp hanya diisi pengumuman-pengumuman resmi dari pihak sekolah. Dari jadwal pembelajaran daring, modul atau materi pelajaran yang perlu diunduh siswa, hingga iuran paguyuban atau Sumbangan Partisipasi Masyarakat (bagi siswa SMA). Sesekali guru atau wali kelas mengingatkan dan meminta orangtua siswa untuk terus mendampingi putra-putrinya. Sesekali pula bila ada anak yang lupa mengumpulkan tugas atau nilai, wali kelas mengingatkan orangtua siswa yang bersangkutan.

Hanya ini saja. Jarang sekali pihak sekolah atau guru meminta pendapat orangtua siswa terkait model pembelajaran daring yang mereka berikan. Jarang sekali wali kelas atau guru menyapa orangtua siswa, atau sekedar memancing suasana di grup WhatsApp supaya lebih hidup dan hubungan antara guru dan orangtua siswa bisa terjalin lebih erat dan hangat. Dan sampai saat ini, belum pernah sekalipun pihak sekolah melalui wali kelas atau guru memberitahu orangtua siswa seperti apa Kurikulum Darurat di masa pandemi, dan apa tolok ukur atau parameter ketercapaian kompetensi yang harus dicapai siswa selama mereka belajar online.

Misalnya untuk kompetensi dasar pelajaran matematika kelas VI SD, siswa dapat menjelaskan dan melakukan operasi hitung campuran yang melibatkan bilangan cacah, pecahan dan/atau desimal dalam berbagai bentuk sesuai urutan operasi.

Adakah pihak sekolah atau guru menjelaskan hal ini pada orangtua siswa?

Saya yakin, hampir semua orangtua siswa akan menjawab belum. Mengapa hal ini sangat penting diketahui orangtua siswa?

Pentingnya Orangtua Mengetahui Ketercapaian Kompetensi Siswa

Sudah tentu ketercapaian kompetensi peserta didik di masa normal berbeda dengan di masa darurat. Karena krisis pendidikan yang disebabkan oleh Covid-19 terus berlanjut, semua tingkat pendidikan harusnya lebih fokus pada keterampilan yang dibutuhkan siswa daripada nilai dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar online. Apalagi pada jenjang pendidikan dasar di mana  pendidikannya terkait erat dengan pencapaian perkembangan kognitif.

Dengan mengetahui ketercapaian kompetensi siswa, atau tujuan pembelajaran selama masa pandemi, orangtua bisa mengerti apa saja yang harus dipelajari anak-anak dan bagaimana membantu anak mencapai kompetensi tersebut. Setelah kita memahami apa yang diharapkan untuk dipelajari anak-anak, kita akan dapat melibatkan mereka dengan lebih baik dalam proses pembelajaran.

Sebagai contoh kompetensi dasar pelajaran IPA kelas VI SD, siswa diharapkan dapat menghubungkan ciri pubertas pada laki-laki dan perempuan dengan kesehatan reproduksi. Nah, coba bayangkan bila anak-anak harus mencari sendiri pengetahuan tersebut melalui Paman Google. Bisa jadi anak-anak malah kesasar mengakses situs-situs yang belum seharusnya mereka ketahui.

Kalau orangtua mengetahui kompetensi dasar tersebut, mereka bisa membimbing dan menjelaskannya sesuai dengan batasan umur siswa, dengan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti.

Tuntutan Pada Orangtua Tidak Diimbangi Dengan Informasi yang Dibutuhkan

Dalam kondisi darurat pandemi, para orang tua diminta untuk memainkan peran yang lebih besar dalam pendidikan anak mereka daripada sebelumnya. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan informasi yang memungkinkan orangtua untuk melakukannya.

Mas Nadiem Makarim selaku Mendikbud seyogyanya bisa mengintruksikan pada guru untuk lebih melibatkan peran orangtua dalam pembelajaran dengan cara menjalin komunikasi yang lebih intensif. Tidak hanya sekedar memberi pengumuman resmi dari sekolah, tetapi juga berdiskusi bersama tentang proses pembelajaran daring.

Masukan dari orangtua sangat penting karena bagaimanapun juga orangtua yang lebih mengerti kondisi anak-anak mereka. Apa saja kendala yang dialami anak-anak selama mereka belajar online. Dengan cara ini orangtua dan guru dapat bekerja sama untuk terus memastikan bahwa anak-anak merasa didukung meskipun lingkungan belajarnya kurang ideal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun