Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah Pandemi Covid-19 Dapat Membuatmu Berkembang Lebih Baik?

28 Juni 2020   22:07 Diperbarui: 29 Juni 2020   17:16 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa karantina selama pandemi Covid-19 adalah kesempatan terbaik seumur hidup untuk mengembangkan diri (ilustrasi: unsplash.com/Steven Lelham)

Banyak orang yang mengeluh bosan ketika mereka harus di rumah saja selama pandemi Covid-19. Kalau aku melihatnya dalam sudut pandang yang positif: Ada begitu banyak waktu ekstra yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Pandemi Covid-19 di seluruh dunia membuat setiap orang menderita. Virus corona mengambil cara hidup kita sehari-hari, termasuk rutinitas harian, jadwal mingguan, rencana bulan depan, kebiasaan kita - dan membalikkan semuanya.

Selama pandemi Covid-19, semua orang berada dalam badai yang sama, tapi cara menghadapinya bisa berbeda-beda. Semua orang menavigasi melalui dunia yang berbeda, mencoba mencari cara untuk menghadapi perubahan yang tiba-tiba. Begitu pula sikap kita dalam memanfaatkan waktu selama masa karantina di rumah saja.

Ada yang tenggelam dalam menonton hiburan di layar ponselnya. Ada yang tenggelam dalam umpan-umpan berita di media sosial. Ada yang tenggelam dalam kesibukan yang bermanfaat. 

Bagaimana cara kita merespon pandemi dan memanfaatkan waktu ekstra yang tersedia, itulah yang kelak akan menentukan jalan kehidupan kita.

5 Tahap Respon Masyarakat Terhadap Pandemi

Secara historis, respons masyarakat terhadap pandemi mengikuti lima tahap ini: penolakan, kecemasan, penyesuaian, evaluasi ulang, dan normal baru.

Tahap Penolakan

Saat kita pertama kali mendengar berita tentang epidemi, kita menepisnya. Kita membaca berita dan mendengar cerita, tetapi menganggap itu bukan hal besar dan akan segera dapat diatasi dan hilang. Sikap ini sangat lazim jika wabah terjadi di suatu tempat yang jauh dari negara kita.

Ingat kembali saat virus corona pertama kali muncul di kota Wuhan, bagaimana respon kita? Biasa saja bukan? Malah ketika banyak riset mengatakan Indonesia kemungkinan besar sudah terdapat kasus positif corona, pejabat pemerintah kita sampai menyangkal sedemikian rupa.

Tahap Kecemasan

Tapi penolakan itu perlahan mengarah pada kecemasan. Satu dua kasus positif ditemukan, kemudian klaster pertama terdeteksi dan penularan virus semakin meningkat, kita mulai menerima bahwa pandemi itu nyata. 

Kita dihadapkan dengan ketidakpastian tentang sesuatu yang tidak pernah kita rencanakan, dan dengan panik mencoba memutuskan bagaimana cara terbaik untuk merespons.

Aksi panic buying membuat harga masker dan hand sanitizer melambung tinggi. Banyak orang memborong bahan pangan karena khawatir pemerintah akan memberlakukan lockdown.

Tahap Penyesuaian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun