Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Melatih Kita Untuk Bangkit dalam Optimisme Normal Baru

20 Mei 2020   20:17 Diperbarui: 20 Mei 2020   20:34 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Ramadan hakekatnya melatih kita untuk bangkit dan optimis menatap kehidupan normal baru (gambar ilustrasi: gesuri.id)

Sekilas Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional  diperingati bangsa Indonesia atas peristiwa berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Ketika itu, puluhan anak muda berkumpul di aula STOVIA, sekolah dokter pribumi di Batavia.

Pertemuan ini dipelopori oleh Soetomo, salah seorang siswa STOVIA, bersama beberapa rekannya seperti Soeradji, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarno, Goembrek, Mohammad Saleh, dan Soelaeman. Dalam pertemuan tersebut, para pemuda sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan Boedi Oetomo.

Pendirian organisasi Boedi Oetomo awalnya berasal dari gagasan dr. Wahidin Soedirohusodo, seorang dokter Jawa dari kelas priyayi rendahan. Pada akhir 1907, dr. Wahidin diundang Soetomo dan Soeradji, siswa Stovia, untuk berceramah mengenai pentingnya pendidikan sebagai kunci kemajuan.

Dalam diskusi panjang mereka, Wahidin mengungkapkan gagasannya untuk mewujudkan sebuah lembaga beasiswa bagi pemuda bumiputra agar dapat melanjutkan studinya dengan baik.

Terpengaruh oleh gagasan serta semangat pengabdian Wahidin, Soetomo pun melontarkan pujian pada dokter muda ini. "Punika satunggaling padamelan sae sarta nelakaken budi utami (Ini merupakan perbuatan baik serta mencerminkan keluhuran budi)." Dari pujian inilah kemudian nama organisasi Boed Oetomo diambil.

Penentuan tanggal berdirinya Boedi Oetomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional sendiri dimulai sejak tahun 1949. Ketika itu, Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat mengusulkan kepada Sukarno-Hatta dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ali Sastroamidjojo agar memperingati peristiwa berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1948 sebagai hari Kebangkitan Nasional (saat itu istilahnya Kebangunan Nasional) yang ke-40.

Tema Hari Kebangkitan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19

Tahun ini, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional di tengah bencana pandemi Covid-19. Dalam bayang-bayang kecemasan akibat wabah yang belum mereda sepenuhnya, tema Harkitnas yang dicanangkan pemerintah adalah Bangkit Dalam Optimisme Normal Baru.

Tema ini seperti merespon pernyataan presiden Jokowi yang meminta masyarakat untuk berdamai dengan virus corona. Selama vaksin virus corona belum ditemukan, presiden berharap aktivitas masyarakat bisa berjalan normal, dalam aturan pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat.

Hampir satu semester dunia menghadapi situasi sulit sejak virus corona pertama kali mewabah di kota Wuhan, Cina. Di tengah ketidakpastian masa depan, ajakan menyikapi kehidupan secara wajar tengah dikemukakan banyak negara. The New Normal, atau Normal Baru menjadi istilah yang populer digunakan banyak orang menyebut era kehidupan pascapandemi.

Memahami Normal Baru

Normalitas adalah konstruksi sosial dan karenanya dapat ditempa. Konsepsi normal kita saat ini sangat dipengaruhi oleh narasi dominan yang mendefinisikan sistem kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun