"Gak tega bagaimana?"
"Ya gak tega saja. Aku gak bisa mengambil keuntungan di saat seperti ini. Banyak orang butuh masker, lalu aku yang bisa bikin sendiri terus menjualnya buat mengambil untung? Kayak orang gak punya empati saja. Kalau ada yang minta dan mereka memang butuh, ya aku buatkan saja," jelas istriku panjang lebar.
Sambil tersenyum penuh haru, kugenggam tangannya yang tengah memegang kain bahan masker. Kukatakan bahwa aku mendukungnya, dan mendoakan semoga niat baiknya itu tidak sia-sia.
Mungkin apa yang diperbuat istriku tidak banyak berarti. Tapi, sekecil apapun sebuah kebaikan, untuk saat ini rasanya sangat berharga.
Di saat kita menghadapi wabah virus corona yang semakin mengganas, yang kita butuhkan adalah rasa persatuan, kebersamaan, empati dan simpati, serta kepedulian terhadap sesama. Seperti kata bijak filsuf Romawi, Seneca,
"Kita adalah ombak dari laut yang sama, dedaunan dari pohon yang sama, bunga-bunga dari taman yang sama."