Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mungkin Inilah Tayangan Jati Diri Bangsa yang Dikehendaki Pemerintah

24 Januari 2020   08:10 Diperbarui: 25 Januari 2020   03:58 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mencari tayangan menarik. (sumber: AndreyPopov via kompas.com)

Dewan Pengawas (Dewas) TVRI memang hebat. Mereka sangat paham tren hiburan di tahun 2020, sekaligus cara menjaga jati diri bangsa ini.

Tahu nggak seperti apa tren hiburan di tahun 2020? Jawabannya adalah daur ulang atau nostalgia.

Iya, perhatikan aja film-film box office di bioskop-bioskop. Sebagian besar adalah film yang didaur ulang, sekaligus mengajak penontonnya untuk bernostalgia.

Sebut saja Jumanji, Charlie's Angel, hingga yang terbaru adalah Bad Boys. Begitu pula dengan fenomena film Gundala yang dianggap menjadi ikon di tengah krisis pahlawan asli Indonesia, justru diadaptasi dari komik tahun 1969.

Benar kan? Ini semua karena kita yang semakin sering rindu masa lalu, laksana anomali di tengah majunya zaman. Karena itu, jangan heran apabila film Dilan yang mengambil setting tahun 90'an laris manis karena faktor kerinduan dan nostalgia tersebut.

Tren nostalgia ini hadir karena mayoritas konsumen dan produsen film berada di tataran usia yang sama. Selain itu, produsen juga pintar memanfaatkan sisi keingintahuan konsumen yang seolah mencari jawaban atas pertanyaan, "Kira-kira apa yang berbeda dari versi baru ini?"

Lalu, apa hubungannya dengan menjaga jati diri bangsa?

Seno Gumira Ajidarma dalam Pidato Kebudayaan 2019 mengatakan,

"Semakin sesuatu melesat maju, semakin jauh ia dari esensinya. Ujung dari semua kemajuan ini tak lain adalah kembali ke esensi. Kembali ke jati diri."

logo lama TVRI (sumber gambar: goodnewsfromindonesia.com)
logo lama TVRI (sumber gambar: goodnewsfromindonesia.com)
Nah, ujungnya adalah kembali ke jati diri, kembali ke identitas masing-masing. Karena itu, tak heran jika selain tren nostalgia, film-film tentang identitas bangsa juga naik daun.

Sudah pernah melihat film Coco? Meksiko banget kan? Lalu ada karakter Mulan yang identik dengan jati diri bangsa Cina bakal dihidupkan kembali.

Nostalgia dan jati diri bangsa. Itulah yang dikehendaki Dewan Pengawas TVRI ketika memecat Helmi Yahya. Mereka menganggap Helmi Yahya tidak mampu membawa TVRI menjadi penjaga jati diri bangsa.

Apa sih jati diri bangsa itu?

Menurut Koenta Wibisono (2005), jati diri bangsa adalah Identitas Nasional berupa manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada aspek kehidupan sebuah bangsa (nation) dengan ciri khasnya, yang membuat berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

Sepakbola Liga Inggris jelas tidak sesuai dengan tayangan jati diri bangsa, setidaknya itu menurut standar penilaian Dewan Pengawas TVRI. Tak baik jika kita dicekoki tontonan sepakbola liga Inggris. Generasi muda Indonesia nanti dikhawatirkan hanya hafal nama-nama pemain, pelatih, hingga klub sepakbola Inggris.

Begitu pula dengan film-film dokumenter dari Discovery Channel, tidak membawa identitas nasional karena yang disoroti adalah buaya Afrika, bukan buaya Indonesia.

Karena itu, dibuatlah suatu terobosan yang cerdas dari Dewan Pengawas TVRI. Supaya generasi muda Indonesia bisa belajar tentang jati diri bangsa, mereka berencana menayangkan sejumlah dokumenter dan serial dari Cina. Salah satu serial yang bakal ditayangkan bertajuk Trial Marriage. Sementara itu, dokumenter yang diputar akan mengangkat kisah kehidupan di Negeri Tirai Bambu.  

Berdasarkan laporan Antara, penayangan ini merupakan bentuk kerjasama antara TVRI dengan Guangxi Radio and Television Information Network Corp. Ltd. Kerja sama ini sudah terjalin sejak tahun 2007. Dengan menayangkan serial dari Cina, Dewan Pengawas TVRI seolah ingin bernostalgia akan kerja sama mereka yang dianggap sesuai dengan jati diri bangsa.

Sekalipun berbeda secara ciri fisik, hakekatnya jati diri bangsa Cina dan Indonesia itu mirip, kalau tidak boleh dibilang sama. Karena itulah kita bisa bersikap sabar di Natuna. Karena itulah kita hanya bisa mendoakan dalam diam untuk warga Uighur yang ditindas pemerintah Cina. Dan karena itu pula kita rela berkorban impor serta berhutang darinya demi jalan perekonomian Cina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun