Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Awal Tahun Ini Menunjukkan Bangsa Kita Miskin Empati

4 Januari 2020   09:34 Diperbarui: 4 Januari 2020   09:32 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap kali membahas banjir, pasti ujungnya lari ke arah politik. Apalagi jika banjir itu terjadi di Jakarta dan sekitarnya.

Begitu pula dengan banjir di awal tahun 2020 ini, linimasa media sosial ramai dengan pembahasan politik yang lucunya justru diawali dari peristiwa banjir. Lucunya lagi, sekalipun banjir terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, baik yang terberitakan maupun tidak, cuma satu orang saja yang dihujat dan disalahkan, Anies Baswedan.

Sampai-sampai timbul guyonan bahwa Anies Baswedan memang layak untuk dilengserkan, seperti permintaan banyak netizen. Alasannya bukan karena tak becus menangani banjir, melainkan karena Anies sudah rangkap jabatan menjadi gubernur di 3 provinsi! Bayangkan, ada warga Bekasi dan Banten mengeluhkan banjir di daerahnya dan ujungnya menyalahkan Anies Baswedan.

Mengapa cuma Anies Baswedan yang disalahkan?

Saya bukannya mau mengungkit-ungkit, tapi kalau mau menyalahkan pemimpin, mengapa tidak menghujat pemimpin yang dulu bilang "Kelihatannya tidak sulit-sulit amat mengatasi banjir di Jakarta." Setelah jadi gubernur DKI Jakarta, pemimpin ini kemudian berkata, "Macet dan Banjir akan lebih mudah diatasi jika jadi presiden."

Nah kan, selalu begitu kalau membahas banjir di Jakarta. Tidak pernah lepas dari politik dan glorifikasi atau demonisasi pada seseorang.

Mengaitkan banjir dengan politik, lalu ujungnya saling menyalahkan dan menghujat yang bernuansa SARA menunjukkan bangsa kita miskin empati dan etika.

Banjir itu musibah, kalau tidak mau disebut berkah untuk mengingatkan kita pada Sang Pencipta. Banjir juga datangnya dari alam, bukan datang dari kebijakan politik pemerintah.

Di saat ratusan ribu warga terkena dampak banjir, sepatutnya pula kita bersikap proaktif, bukan reaktif dengan cara menghujat dan saling menyalahkan.

Bagi mereka yang sedang berada di wilayah terdampak banjir, bisa menyingsingkan lengan untuk bersih-bersih rumah, lalu berinisiatif mengajak warga untuk gotong royong membersihkan lingkungan. Mumpung banjir sudah mulai surut, warga bisa bergantian membersihkan rumah secara gotong royong.

Daripada dibersihkan sendiri, kan lebih baik dibersihkan ramai-ramai. Setelah satu rumah selesai, ganti pindah ke rumah lainnya. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dengan begitu, ikatan kerukunan warga akan semakin erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun