Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

UN Dihapus dan Mimpi Besar Meniru Sistem Pendidikan Finlandia

13 Desember 2019   23:32 Diperbarui: 14 Desember 2019   05:00 3452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sistem pendidikan Finlandia (sumber gambar: neatoday.com)

"Saya nggak mau anak saya seperti boneka pintar, yang baru bisa bersuara kalau dipencet tombolnya, yang baru bisa duduk kalau didudukkan, akan berdiri kalau diberdirikan, dan akhirnya nggak bisa berbuat apa-apa lagi ketika baterainya habis. Saya ingin anak-anak bergerak bebas, ceria, belajar karena desakan rasa ingin tahu, dan menikmati masa kanak-kanak yang nggak akan kembali lagi.

Ranking bukan segalanya. Ranking juga nggak menjamin mereka sukses di kemudian hari. Saya ingin mereka belajar langsung dari kehidupan, lalu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul. Ada hal penting yang dilupakan oleh sistem ranking ini, yaitu Kreativitas. Betapa metode belajar yang harus dijalani anak-anak saat ini telah membunuh kreativitas mereka. Anak-anak diajari sebanyak-banyaknya dengan segala macam pelajaran sekolah, tapi lupa diajari bagaimana menghadapi hidup. Hidup itu membutuhkan banyak kreativitas, lho!"

Beby Haryanti Dewi, "Hidup Kok Serba Salah?", dalam INDONESIA JUNGKIR BALIK, karya Mas Prie GS dkk, hlm. 30

***

Keputusan Mendikbud, Nadiem Makarim yang akan menghapus Ujian Nasional (UN) mulai 2021 menuai kontroversi. Belakangan, Mas Nadiem mengklarifikasi keputusan tersebut dan mengatakan yang akan dihapus adalah Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).

Desakan agar UN dihapus tak lepas dari anggapan sebagian masyarakat bahwa Ujian Nasional menjadi beban berat para siswa. Di luar itu, Ujian Nasional juga dianggap representasi dari sistem pendidikan tradisional yang masih bersifat skolastik, hanya mengandalkan kemampuan kognitif sederhana di tingkat paling rendah, seperti mengenal, membandingkan, melatih, dan menghapal.

Lantas, apakah dengan rencana dihapuskannya Ujian Nasional akan membuat pendidikan di negara kita menjadi lebih baik? Apakah tanpa Ujian Nasional siswa di tingkat dasar dan menengah akan menjadi lebih kreatif?

Yang Dilupakan Mas Nadiem adalah Kualitas dan Kompetensi Guru
Jawabannya tergantung dari kontribusi pendidiknya, yakni para guru. Ada atau tidak adanya ujian (sekolah atau berstandar nasional), mutu pendidikan sekolah dan kreativitas para siswa tergantung dari kualitas dan kompetensi guru itu sendiri.

Jika kita mau berpikir lebih jernih, akar masalah pendidikan kita tidak terletak pada sistem pendidikan atau kurikulumnya. Sebaik apapun sistem pendidikan dan kurikulum yang disusun, jika tidak didukung dengan tenaga pendidik yang berkualitas dengan kompetensi dan pola pikir yang lebih fleksibel dan modern, itu semua akan menjadi percuma.

Dalam Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Mendikbud Nadiem Makarim memberi kebebasan bagi sekolah dan guru dalam menyusun dan mengembangkan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di unit sekolah masing-masing. 

Dari 13 komponen RPP, Mas Nadiem hanya menyisakan 3 komponen inti yang wajib dilaksanakan, yakni: Tujuan Pembelajaran, Langkah-langkah (Kegiatan) Pembelajaran, dan Penilaian Pembelajaran (Assessment). Selebihnya, setiap sekolah dan individu guru bebas untuk mengembangkan format RPP secara mandiri untuk keberhasilan belajar murid.

Namun ada persoalan pokok yang dilupakan Mas Nadiem, yakni kualitas dan kompetensi guru itu sendiri. Karena setiap sekolah maupun individu guru diberi kebebasan untuk mengembangkan format RPP, maka kualitas dan output pendidikan yang diperoleh siswa juga tergantung dari kualitas guru-guru serta sekolah mereka masing-masing.

Bagi siswa yang sekolah dan gurunya punya kompetensi mumpuni, kualitas pengajaran yang mereka terima sudah tentu berbeda dengan siswa yang sekolah dan guru-gurunya hanya memiliki standar kompetensi sedang-sedang saja. Kemudian jika nanti Ujian Nasional resmi dihapus, hal ini akan menjadi preseden buruk karena kualitas pendidikan kita tidak akan bisa merata.

Dalam hal pendidikan, banyak pihak yang ingin kita bisa mencontoh sistem pendidikan Finlandia. Begitu pula dengan rencana penghapusan Ujian Nasional, mereka yang setuju selalu merujuk pada sekolah-sekolah di Finlandia yang tidak menyelenggarakan ujian mata pelajaran apapun.

Benarkah demikian?

Memang benar. Tapi sistem pendidikan di Finlandia bisa begitu bagus karena didukung dengan kualitas tenaga pendidik yang bagus pula.

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa reformasi pendidikan di Finlandia dimulai sejak tahun 1970-an dan hasilnya baru bisa terlihat pada 2001 ketika OEDC (Organization for Economic Cooperation dan Development) memublikasikan hasil studi internasional pertamanya tentang tes PISA (Programme for International Student Assessment). Di luar dugaan, Finlandia mengungguli 31 negara OECD lainnya. Bisa kita lihat berapa lama waktu yang dibutuhkan pemerintah Finlandia untuk bisa mereformasi sistem pendidikan mereka.

5 Kunci Sukses Sistem Pendidikan Finlandia
Dalam pengantarnya di buku Teach Like Finland (Walker, 2017), Pasi Sahlberg mengungkapkan ada 5 kunci sukses mengapa sistem pendidikan Finlandia dianggap sebagai yang terbaik di dunia.

Pertama, kurikulum di sekolah Finlandia memberi porsi yang sama rata untuk semua mata pelajaran. Dengan demikian para siswa punya kesempatan untuk mengolah berbagai aspek kepribadian dan bakat mereka.

Mayoritas siswa di Finlandia belajar dalam kelas yang secara sosial bercampur tanpa melihat atau memisahkan kemampuan atau status sosial ekonomi. 

Semangat inklusivitas ini akhirnya membentuk pola pikir bagi guru dan orangtua siswa bahwa setiap orang dapat belajar apapun yang diinginkan selama ada dukungan yang layak dan cukup. Sebagai hasilnya, fokus terhadap kesejahteraan, kesehatan dan kebahagiaan siswa menjadi tujuan utama setiap sekolah di seluruh penjuru Finlandia.

Kedua, otoritas pendidikan Finlandia menyadari bahwa keberhasilan dalam mengajar di kelas yang heterogen mensyaratkan guru-guru yang terlatih dengan lebih baik dari sebelumnya. Sebagai konsekuensi, pemerintah Finlandia mengubah haluan pendidikan keguruan dari perguruan tinggi ke universitas berbasis penelitian.

Sebagai bagian dari reformasi pendidikan di Finlandia, para guru harus lulus dari program magister berbasis penelitian yang sama dengan profesi lain di Finlandia. 

Para guru lulusan baru harus mempelajari psikologi anak, pedagogi, pendidikan khusus, mata pelajaran didaktik, dan kurikulum yang lebih banyak daripada rekan mereka di perguruan tinggi. Semua tuntutan ini tak lain merupakan bekal tanggung jawab profesi mereka yang lebih luas.

Ketiga, sebagaimana tujuan utama dari sekolah di Finlandia yang fokus pada kesejahteraan siswa, maka di setiap sekolah dibentuk Tim Kesejahteraan Siswa yang beranggotakan para ahli, guru dan pemimpin terkait. 

Konsekuensi logis dari mekanisme pendidikan ini menuntut adanya pendanaan yang lebih banyak. Tapi itu memang layak karena pada akhirnya bisa menciptakan dasar kesetaraan pendidikan yang kuat dan luas di seluruh Finlandia.

Keempat, otoritas pendidikan Finlandia mewajibkan pemimpin di sekolah (kepala sekolah) untuk ikut mengajar. Mereka sadar bahwa kepemimpinan pendidikan yang baik harus berada di tangan pendidik yang berkualitas dan berpengalaman luas. Menurut pendapat Sahlberg, (Sahlberg, 2015), para pemimpin adalah guru dan para guru adalah pemimpin (pedagogis).

Kelima, sistem pendidikan Finlandia memberi ruang lebih banyak untuk kegiatan ekstra kurikuler. Mereka menjalin kerja sama dengan berbagai jaringan kegiatan di luar sekolah (organisasi, perkumpulan, komunitas) untuk bisa menampung minat dan bakat siswa di luar aktivitas pembelajaran sekolah.

Mungkinkah Membawa Sistem Pendidikan Finlandia ke Negara Kita?
Melihat 5 kunci sukses sistem pendidikan Finlandia tersebut, adakah yang bisa diterapkan di Indonesia? Sahlberg sendiri mengatakan, sistem pendidikan itu seperti tanaman atau pohon yang tumbuh baik hanya di tanah dan iklimnya sendiri. Dengan kata lain, mustahil untuk bisa memindahkan sistem pendidikan Finlandia ke negara kita.

Namun, bukan berarti kita tidak bisa mengambil pelajaran, atau paling tidak menerapkan satu dua di antara 5 kunci sukses di atas. Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, satu poin kunci sukses yang bisa kita ambil adalah kualitas tenaga pendidik.

Jadi Mas Nadiem, sebelum Anda menghapus Ujian Nasional, atau mereformasi total sistem pendidikan Indonesia dan bermimpi membawa sistem pendidikan milik negara lain, alangkah baiknya apabila Anda fokus pada pengembangan guru. Baik kesejahteraan mereka, maupun kualitas dan kompetensi yang disyaratkan. Apa yang Anda cita-citakan saat ditunjuk menjadi Mendikbud akan menjadi percuma jika para guru, yang merupakan inti dari sistem pendidikan, tidak Anda perhatikan.

Referensi:

1. Walker, Timothy. D (2017). Teach Like Finland: 33 Strategi Sederhana Untuk Kelas yang Menyenangkan. Grasindo. Jakarta

2. Sahlberg, P (2015). Finnish Lessons 2.0: What can the world learn from educational change in Finland. Teachers College Press. New York

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun