Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Mengikat Emosi Pelanggan dengan "User Generated Content"

29 Oktober 2019   08:09 Diperbarui: 30 Oktober 2019   08:25 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi User Generated Content (sumber foto: unsplash.com/@charlesdeluvio)

Salah satu strategi digital marketing yang saat ini sedang populer adalah User Generated Content (UGC). Seperti namanya, UGC adalah konten yang dibuat pengguna. 

Bisa berupa tulisan, foto, video atau suara yang diproduksi pengguna internet. UGC berbeda dengan konten di website atau media sosial perusahaan yang biasanya diproduksi oleh tim internal mereka.

Contoh paling jelas adalah wikipedia. Semua artikel yang ada di situs ensiklopedia umum ini termasuk dalam kategori UGC. Siapa pun dapat menulis artikel berdasarkan pengetahuan mereka. Sementara pengguna lain dapat mengevaluasi konten, menyarankan perubahan, atau bahkan membuat perubahan konten tersebut.

Contoh lainnya adalah platform blog sosial (social blogging) seperti Kompasiana. Kecuali artikel yang ditulis oleh tim Kompasiana, semua artikel yang ditulis pengguna Kompasiana (Kompasianer) adalah UGC.

Pada beberapa website yang menggunakan UGC keseluruhannya, mereka mencantumkan disclaimer atau peringatan bahwa artikel yang dimuat menjadi tanggung jawab pribadi penulisnya. Ini untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti penuntutan karena materi tulisan dianggap melanggar undang-undang.

Strategi Digital Marketing dengan Konten Buatan Pengguna

User Generated Content menjadi salah satu strategi digital marketing yang populer karena keotentikannya. Konsumen lebih menyukai cerita yang dituturkan orang lain daripada narasi yang dibuat perusahaan itu sendiri.

Bercerita adalah cara terbaik untuk menarik perhatian orang. Dengan bercerita, kita bisa memasukkan informasi ke dalam ingatan konsumen, dan menjalin hubungan pribadi yang akrab. 

Pelanggan kita bisa menjadi saluran suara yang kuat dalam menceritakan apa saja yang terkait dengan brand, baik itu produk maupun layanannya dan membagikan cerita tersebut pada orang lain.

Misalnya jika bisnis kita bergerak di bidang travel. Di internet, ada milyaran pengguna yang membuat konten berupa cerita pengalaman wisata mereka. 

Mungkin mereka punya cerita untuk tentang layanan pelanggan yang sangat baik yang mereka terima saat liburan, dan itu semua terjadi di salah satu hotel yang kita rekomendasikan. 

Atau mungkin mereka hanya ingin memberi tahu orang-orang tentang betapa hebatnya kehidupan malam di kota yang mereka kunjungi, yang mana itu juga berkat itinerari dari perusahaan kita.

Ini adalah jenis pengalaman dari pelanggan yang dapat kita bagikan dan berfungsi sebagai UGC. Konten buatan pengguna juga menyebar ke media sosial, tempat rekomendasi dari mulut ke mulut dan berbagi media berlangsung dalam skala besar yang tak terbayangkan. 

Hasilnya adalah sejumlah besar konten yang dapat mengarahkan orang ke bisnis kita.

Perlu diketahui, UGC merupakan salah satu strategi digital marketing yang efektif untuk bisnis kita. Sebuah penelitian pada tahun 2017 menunjukkan 97% pembeli online antara usia 18 dan 30 mengatakan bahwa UGC memiliki pengaruh besar pada keputusan pembelian mereka. 

Sementara 63% pembeli setuju bahwa UGC menciptakan pengalaman berbelanja yang otentik.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa UGC lebih berpengaruh daripada mesin pencari, email promosi, iklan bergambar, media sosial, dan pesan seluler. 

Itu artinya, jika strategi pemasaran inti kita mengandalkan metode-metode tersebut, maka jika tidak ditambahi dengan UGC apa pun, kita bisa kehilangan peluang besar untuk menarik pelanggan.

3 Alasan Perusahaan Harus Menggunakan User Generated Content

Setidaknya ada 3 alasan mengapa sebagian besar brand atau perusahaan ternama menggunakan User Generated Content sebagai andalan strategi digital marketing mereka:

1. Konten Buatan Pengguna Dapat Dipercaya

Foto dari produk kita yang diunggah pelanggan adalah bentuk paling murni dari media yang diterima. Ketika pelanggan memposting foto pasca pembelian produk kita di media sosial, itu adalah ulasan visual bintang 5 dari merek kita. 

Media sosial adalah tempat promosi dari mulut ke mulut, tempat di mana konsumen mencari referensi dan rekomendasi dari orang-orang yang dapat mereka percayai. 

Konsumen jauh lebih mungkin mempercayai dukungan visual dari orang yang mereka kenal dibandingkan bentuk iklan lainnya. Dengan menggunakan UGC, kita bisa menarik perhatian orang-orang terdekat dari pelanggan yang sudah mengunggah foto produk kita.

2. Konten Buatan Pengguna adalah tentang Hubungan dan keterikatan

UGC bukan hanya tentang sumber konten visual. Lebih dari itu, UGC bicara tentang komunitas yang bisa dibangun oleh merek bisnis kita.

Dengan mengumpulkan dan menampilkan foto-foto pelanggan yang sedang menggunakan produk kita, itu berarti kita sudah menciptakan dialog dua arah dengan pelanggan. Bentuk pengembangan merek bisnis seperti ini merangsang keterlibatan, loyalitas, dan penguatan sosial terhadap merek yang kita kenalkan.

3. Konten Buatan Pengguna Menginspirasi

Jika kita hanya menampilkan konten buatan sendiri, pelanggan tidak akan terikat secara emosional. Brand atau perusahaan yang meluncurkan kampanye kreatif dengan menggunakan User Generated Content menginspirasi lebih banyak keterlibatan dan lebih banyak penjualan. 

Kampanye menyenangkan yang menunjukkan pengalaman paska pembelian pelanggan dan kecintaan mereka terhadap produk kita juga memberi insentif kepada orang lain untuk menjelajahi merek Anda juga.

Bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan User Generated Content?

Mudah saja. Kita tinggal menemukannya di internet, kemudian meminta ijin untuk menggunakannya di platform media kita sendiri.

Mungkin kita merasa segala sesuatu yang ada di internet bisa kita gunakan secara bebas karena konten tersebut dibagikan dan dapat dilihat setiap orang secara gratis. 

Namun kenyataannya tidak seperti itu. Kita tidak memiliki hak untuk menggunakan konten milik orang lain tanpa ada persetujuan dari pemilik konten.

Sekalipun pengguna mengunggah konten dengan memakai tagar yang kita ciptakan, kita tidak bisa mengklaim dan tidak memiliki hak atas konten tersebut. Kita harus meminta ijin dari pemilik properti sebelum menggunakannya untuk keperluan kampanye pemasaran kita.

Yang bisa kita lakukan adalah membagikan UGC di platform media sosial kita dengan mengkredit pemilik konten. Jika kita tidak yakin apakah boleh menggunakan konten seseorang, selalu tanyakan terlebih dahulu.

Contoh Penggunaan User Generated Content

Contoh brand atau bisnis yang sering menggunakan UGC bisa kita lihat pada Ottencoffee, seperti ini:


Atau konten buatan pengguna yang diunggah Nike ini:


Tidak hanya brand atau perusahaan yang memiliki produk, brand yang menyediakan layanan jasa, atau brand yang bergerak di bidang media juga bisa menggunakan UGC. Seperti yang dilakukan Kompasiana berikut ini:


Jarang sekali ada brand yang menggunakan UGC seperti yang dilakukan dua perusahaan tersebut. Kebanyakan mereka lebih senang mempromosikan konten buatan sendiri.

Jika ingin berinteraksi dengan pelanggan, mereka lebih suka memberikan giveaway. Memang, ini juga salah satu strategi marketing yang cukup efektif. Tapi, menggunakan UGC jauh lebih murah dan lebih bisa mengikat emosi pelanggan daripada sekadar memberikan hadiah cuma-cuma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun