Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hilangnya Kejujuran Ilmiah dalam Budaya Literasi Kita

20 Juni 2019   21:53 Diperbarui: 29 Juni 2021   11:27 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber gambar: unsplash.com/@aaronburden, grafis dokumentasi Himam Miladi)

Selain budaya literasi yang rendah, bangsa ini juga kehilangan kejujuran ilmiah. Contoh kecil dari ketidakjujuran ilmiah ini adalah tidak menyertakan atau menuliskan referensi atau sumber dari apapun yang bukan berasal dari diri kita sendiri saat membuat konten atau karya tulis.

Beberapa waktu lalu, Kompasianer Bobby Steven MSF memberi tahu saya di kolom komentar tentang sebuah artikel yang ternyata menjiplak penuh (plagiasi) dari artikel saya. Tulisan berjudul Hari Dilan dan Taman Dilan ini ditayangkan situs Panjimas.com.

Setelah saya baca, memang benar artikel itu berasal dari tulisan yang sudah saya tayangkan di Kompasiana. Sayangnya, pengelola atau editor Panjimas.com tidak menuliskan sumber darimana tulisan itu didapatkan. Di akhir artikel, hanya ditulis DP/Kompasiana dalam tanda kurung tanpa diimbuhi tautan aslinya.

Baca juga: Membangun Budaya Literasi dengan Pemanfaatan Bahan Bacaan Cerita Rakyat

Bukan sekali ini tulisan saya dicomot tanpa ijin, atau tanpa dilampirkan sumber aslinya. Saya pribadi sih tidak keberatan tulisan saya dicomot, dibagikan ulang, dikutip, atau diplagiasi sekalipun. Bagi saya, apa yang saya tulis adalah salah satu ladang pahala. Semakin banyak tulisan saya dibaca orang, semakin banyak pula pahala yang menanti selama tulisan itu membawa manfaat bagi yang membacanya.

Bagaimanapun juga, munculnya sebuah ide itu berasal dari ide-ide lain yang sudah ada sebelumnya. Setiap orang berhak untuk menjiplak ide orang lain, begitu pula dalam dunia penulisan. Hanya saja, ada etika dan kaidah tersendiri jika kita mengutip, mengambil sebagian atau menyalin ulang sebuah tulisan, yakni menyebutkan referensi/sumbernya dengan jelas.

Sejauh kita masih bisa mencapai asal munculnya sebuah perkataan atau perbuatan seseorang, kebiasaan merunut penukilan dari mana datangnya perkataan, perbuatan atau ide dasar tersebut adalah wujud pelestarian yang sangat baik.

Yang membuat saya miris dan menyesalkan plagiasi tulisan saya tersebut adalah karena dimuat di situs yang kontennya bernafaskan Islami. Sementara ajaran Islam sendiri sangat menjunjung tinggi etika dan nilai kejujuran. 

Selain itu, ada banyak petunjuk dan contoh mengenai sikap ilmiah yang sangat diperhatikan para ulama dan cendekiawan Muslim masa lalu. Sehingga pada akhirnya menjadi tradisi keilmuan mereka. Salah satunya adalah kejujuran ilmiah.

Baca juga: Menengok Cara Kota Herford Membangun Kesejahteraan Anak Melalui Budaya Literasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun