Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Apakah Puasa Ramadan Bisa Membuat Saya Bertakwa?

6 Mei 2019   08:33 Diperbarui: 6 Mei 2019   08:41 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (dokumentasi Himam Miladi)

Allah melalui Rasul-Nya melarang kita untuk berbuat boros dalam segala hal, kendatipun itu untuk keperluan berwudhu. "Tidak ada kebaikan di dalam pemborosan, tidak ada pula pemborosan (walau) dalam kebaikan. Meskipun berada di sungai, janganlah berwudhu secara berlebih-lebihan," demikian sabda Rasulullah.

Bagaimana caranya menghindari sikap boros? Bagaimana kita bisa membiasakan diri untuk tidak berlebihan, terutama di bulan Ramadan?

Mulailah dari lingkungan terkecil, dari hal-hal yang sederhana. Seperti yang disampaikan Allah dalam Al Qur'an, 

"Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS. Al A'raf: 31).

Ingatkan anggota keluarga untuk tidak memasak atau membeli makanan secara berlebih. Seandainya berlebih, jangan biarkan makanan itu menjadi basi. Jika kita membeli karena kasihan pada penjualnya, sementara kita enggan memakannya, hadiahkan makanan itu pada orang lain, karena di luar sana masih banyak mulut yang menanti disuapi. Apalagi di bulan puasa, kita dianjurkan untuk banyak bersedekah.

Itulah hakikat dari harapan saya di bulan Ramadan dalam dimensi pribadi. Menghindari sikap boros dan berlebihan selama bulan Ramadan. Menghindari paradoks Ramadan yang sering jadi ironi dalam konteks ibadah puasa kita.

Bagaimana dengan harapan saya dalam dimensi sosial kemasyarakatan?

Masih berkaitan dengan sikap boros. Larangan untuk tidak boros ini berlaku dalam segala hal, bukan cuma untuk makan dan minum saja. Seandainya kita semua menyadari betapa bahayanya sikap boros ini, dan betapa bermanfaatnya apabila kita bisa menghindarinya, dampaknya akan terasa besar dalam dimensi sosial kemasyarakatan kita.

Contoh sederhananya adalah tidak boros waktu. Artinya, kita benar-benar memanfaatkan waktu yang ada ini untuk kebaikan semata. Tidak mempergunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi untuk maksiat.

Kita manfaatkan waktu luang untuk membaca Al Quran, alih-alih menggunjingkan orang. Kita gunakan teknologi internet untuk mengisi waktu luang yang ada dalam rangka mencari ilmu. Bukan cuma sekedar berselancar di dunia maya dan membagikan berita-berita yang tidak jelas sumbernya yang mengarah pada fitnah.

Lihatlah betapa besar dampaknya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan kita. Suasana kondusif tercipta. Kerukunan antar umat dan golongan juga tetap terjaga. Terlebih kita baru saja dan masih dalam suasana kontestasi politik yang sangat menegangkan. Yang kita sadari sudah memecah belah kita, sudah mem-polarisasi kita dalam kutub-kutub perbedaan yang mengancam persatuan.

Dengan adanya Ramadan, bulan ibadah yang suci dan mulia ini, kita berharap hakekat dari ibadah puasa benar-benar bisa kita hayati sepenuhnya. "Menahan diri", tidak hanya untuk urusan kebutuhan jasmani saja, tapi juga dalam segala hal yang bisa merusak tatanan kehidupan sosial kita sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun