Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Parodi Jokowi, Ironi Rekonsiliasi

30 April 2019   08:28 Diperbarui: 30 April 2019   08:32 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Usai deklarasi kemenangan berdasarkan hasil perhitungan internal BPN, Prabowo menerima ucapan kunjungan dari teman-temannya veteran tentara. Ada puluhan veteran yang datang dan mereka berbaris satu persatu di depan pintu untuk bersalaman dengan Prabowo, sambil hormat militer dan berkata,

"Siap Presiden...!"

 Aksi penghormatan para veteran ini rupanya mengusik segelintir pihak. Seolah tidak terima Prabowo diberi salam hormat militer dan dipanggil presiden oleh pendukungnya sendiri, di media sosial beredar meme, artikel hingga video yang dibuat untuk memparodikan peristiwa tersebut.

Tak ada yang salah dengan meme-meme dan artikel seperti ini. Anggap saja itu sebuah kebebasan menyampaikan pendapat di dunia maya, meski saya tahu tujuannya tak lain untuk menertawakan dan menghina Prabowo melalui humor satir yang sangat sarkas.

Tapi ketika seorang pejabat pemerintahan, sekelas presiden melakukan hal yang sama, ini adalah kesalahan fatal. Di media sosial dan juga diberitakan oleh media massa, beredar video parodi dari Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan nomor 01.  

Dalam video yang diambil di Istana Negara, beberapa anggota TKN (yang diantaranya adalah pejabat pemerintah) menirukan aksi para veteran tentara terhadap Prabowo. Mereka melakukan penghormatan militer dan berkata, "Siap Presiden...!

Sementara itu, Presiden Jokowi terlihat menerima dan menikmati sajian penghormatan itu itu dengan senyum khas menampilkan deretan giginya yang sangat rapi.

Jokowi memang masih menjabat sebagai presiden. Karena itu penghormatan terhadap jabatan dan status yang melekat pada dirinya dengan menyebutnya sebagai presiden adalah hal yang wajar. Namun, ketika perbuatan ini dilakukan dengan gaya lelucon sambil tertawa, hal ini seolah dianggap publik menirukan sekaligus menertawakan apa yang sudah dilakukan para veteran tentara di kediaman Prabowo.

Apakah salah jika para veteran memberikan penghormatan dengan gaya mereka karena sebagai pendukung, mereka menganggap Prabowo adalah presiden yang sudah memenangkan pemilu berdasarkan informasi internal? Penghormatan itu hanyalah bentuk dukungan pada Prabowo. Penghormatan itu tidak mengambil hak seorang Jokowi sebagai presiden RI hingga saat ini.

Jika parodi itu dilakukan pendukung paslon 01, hal ini masih wajar dan masih bisa dimaklumi. Sesama pendukung pada tataran akar rumput, mereka mempunyai cara masing-masing untuk melampiaskan sakit hati pada pihak lawan. Para pendukung ini tidak terikat jabatan. Mereka tidak terikat norma harus menjadi suri teladan bagi orang lain.

Sebagai presiden, pemimpin seluruh (bukan sebagian) rakyat Indonesia, tidak sepatutnya Jokowi terlibat dalam aksi parodi semacam ini. Di atas panggung di hadapan awak media, Presiden Jokowi mengajak rakyatnya untuk bersatu, merajut kembali tali persatuan yang sudah terkoyak akibat kontestasi politik. Tapi di istananya, Presiden Jokowi dan para pembantunya dengan tertawa mengoyak benang-benang persatuan yang ingin dirajut rakyatnya sendiri.

Parodi Jokowi adalah ironi rekonsiliasi yang digagas tokoh-tokoh bangsa. Dengan mempertontonkan parodi tersebut di depan rakyatnya sendiri, Jokowi seolah tidak serius dalam ajakan rekonsiliasinya. Dan bukan hanya Jokowi sendiri, para pejabat pemerintah, orang-orang di lingkungan Istana sendiri juga hanya pandai bermain kata, tapi tidak pernah membuktikannya melalui perbuatan yang nyata.

Bagaimana bisa merangkul mereka yang sudah berseberangan jika sikap pemimpinnya seperti ini? Bagaimana bisa menciptakan suasana yang kondusif jika pemimpin yang diharapkan bisa memberi contoh dan teladan malah menikmati aksi pelecehan berbungkus bahan lawakan? Jika pemimpin tertingginya saja menikmati aksi ejekan yang dilakukan pendukungnya terhadap sang rival, kemana lagi rakyat biasa mencari cermin yang bisa dipakai untuk berkaca?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun