Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mari Kita Akhiri Fiksi tentang Prabowo Subianto

12 April 2019   21:27 Diperbarui: 12 April 2019   22:13 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen capres Prabowo Subianto menangis seusai dapat bantuan kampanye dari pendukungnya di Sumbar. (Sumber Foto: dokumentasi Jeka Kampai via detik.com) 

Mari kita tepikan sejenak justifikasi emosional dan pemarah ini, dan lihatlah Prabowo Subianto pada sisi yang berbeda, sisi yang menampilkan identitas otentiknya yang bisa kita lihat dalam tiga momen berikut:

  • Pertama, ketika Prabowo tak kuasa menahan haru dan menangis di panggung kampanye saat menerima sumbangan dan nasihat dari seorang pendukungnya.
  • Kedua, ketika Prabowo tertawa lepas bersama Sandiaga Uno saat menerima deklarasi dukungan Aliansi Pengusaha Nasional.
  • Ketiga, ketika Prabowo menahan tetesan air matanya ketika menerima nasihat dan tausiyah dari Ustad Abdul Somad (UAS).

Dua dari tiga momen tersebut sudah cukup lama terlewat, dan kita mungkin hanya bisa menerima buktinya lewat foto dan berita tertulis saja. Karena itu, jika ingin melihat karakter asli Prabowo yang lebih up to date, saya sarankan untuk melihat rekaman video dialog antara Prabowo dan UAS.

Seperti murid yang menerima nasihat dari gurunya. Seperti anak yang menerima petunjuk dari ayahnya. Itulah sosok Prabowo yang terekam saat berdialog dengan UAS.

Prabowo hanya mandah saja saat UAS memberi nasihat. Sesekali ia mengangguk tanda mengerti. Kalau tidak mengerti, ia tak sungkan untuk bertanya, sekalipun bagi banyak orang, hal itu semestinya bisa dipahami dengan mudah.

Seperti ketika UAS mengutip perkataan Imam Ahmad bin Hambal tentang satu do'a yang makbul,

"Seandainya doa kami makbul, dan doa itu hanya satu, mintalah pemimpin yang adil."

Prabowo kemudian bertanya "Itu perkataan dari...?"

Dan layaknya seorang guru yang sabar menghadapi kesulitan muridnya, UAS menjawab dan mengulang kutipan tersebut, lantas Prabowo menirukannya. Tak ada rasa sungkan dan malu yang tertera di wajahnya.

Inilah identitas dan karakter otentik Prabowo. Dia memang tidak tahu hal itu dan dia menanyakannya. Dia tidak berusaha untuk pura-pura mengerti.

Dalam hal ilmu militer, Prabowo bisa jadi guru besar bagi UAS. Dalam hal ilmu kenegaraan, UAS boleh belajar banyak pada Prabowo. Tapi dalam hal ilmu agama, dalam hal tata laksana ibadah agamanya, Prabowo tahu ilmunya masih sangat dangkal, tidak ada seujung kuku. Baginya, bila ada orang yang lebih cakap keilmuannya, itulah yang harus digugu dan ditiru.

Dan dia tidak berusaha menutupi kekurangannya tersebut dengan kepura-puraan dan pencitraan. Justru dia bertanya apa yang tidak dia ketahui supaya pengetahuannya yang kurang itu bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun