Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Debat Keempat, Siapa Capres yang Bisa Mempersatukan Kita Kembali?

29 Maret 2019   22:25 Diperbarui: 29 Maret 2019   22:33 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: detik.com

Pertanyaan itu bukanlah bentuk paranoid, kekhawatiran yang berlebihan. Fakta yang terjadi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan kita belakangan ini bisa menegaskan kekhawatiran tersebut.

Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa jadi sangat tergantung dari siapa yang akan terpilih menjadi pemimpin kita 5 tahun kedepan. Kisi-kisi jawabannya bisa kita lihat dalam debat keempat calon presiden yang salah satu temanya adalah tentang ideologi. Debat keempat ini rencananya akan berlangsung pada Sabtu, 30 Maret 2019 di hotel Shangri La, Jakarta.

Paparan dari kedua capres tentang ideologi dalam debat keempat setidaknya bisa memberi kita gambaran, siapa capres yang bisa mempersatukan kita kembali. Seperti apa solusi yang ditawarkan kedua capres untuk merajut kembali benang-benang persatuan yang saat ini boleh dibilang tengah terkoyak akibat kontestasi pemilu.

Di luar tema lain seperti Pertahanan dan Kemanan, Pemerintahan dan Hubungan Internasional yang juga bakal dikupas habis oleh kedua capres, saya merasa tema ideologi ini lebih penting. Semua visi, misi dan berbagai tema yang sudah dipaparkan kedua kandidat akan menjadi tidak berarti bila tidak diimbangi dengan kuatnya pondasi ideologi dalam masyarakat kita.

Belakangan ini, ideologi bangsa kita semakin tergerus. Ada yang merasa paling NKRI, hingga menuduh pihak yang berseberangan adalah kelompok radikal. Ada yang merasa paling agamis, hingga tidak mau berjabat tangan dengan mereka yang tidak sepaham. Sikap toleransi yang menjadi salah satu pilar karakter bangsa kini hanya menjadi kata-kata pemanis saja.

Parahnya lagi, para elit politik turut memperkeruh suasana dengan melontarkan wacana yang mengada-ada. Mantan KaBIN A.M Hendropriyono misalnya, menyebut pemilu 2019 ini adalah pertarungan ideologi Pancasila melawan ideologi Khilafah.

Suatu pernyataan yang sangat tendensius, tidak beralasan sama sekali. Hendropriyono kiranya tidak memikirkan dampak jangka panjang dan efek domino dari pernyataannya tersebut, yakni potensi perpecahan yang mengarah pada disintegrasi bangsa.

Ketika Prabowo mengatakan Indonesia bisa bubar di tahun 2030, banyak yang bilang Prabowo paranoid, pesimis dan menebar ketakutan. Padahal, apa yang dikatakan Prabowo tersebut adalah sebuah kajian intelektual, meskipun harus diakui pernyataannya itu disandarkan pada teks sebuah buku fiksi.

Lantas, bagaimana dengan mereka yang berandai-andai jika Prabowo-Sandi menang ideologi Khilafah akan berdiri tegak? Bagaimana dengan mereka yang dulu pernah berandai-andai Anies Baswedan-Sandiaga Uno jadi pemimpin di Jakarta maka Ibukota akan seperti Suriah?

Sungguh ironis sekali ketika pemerintah diharapkan bisa menyelenggarakan pemilu yang damai, sejuk, aman, tenteram, sesuai dengan ideologi Pancasila, namun justru sebagian dari pihak pemerintah yang menggiring dan mengarahkan pada situasi yang bertentangan dengan asas dan semangat pemilu itu sendiri.

Semua visi dan misi dari masing-masing capres, apabila kelak terpilih rasanya akan percuma saja dan tidak akan banyak berguna bagi rakyat Indonesia, bila semangat persatuan dan kesatuan diantara kita tidak dijaga. Pembangunan yang dilakukan pemerintah terpilih tidak akan dirasakan dampak nyatanya bila masyarakatnya sendiri masih terkotak-kotak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun