Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mulailah dengan Kata-Kata dan Bagikan pada Dunia

24 Februari 2019   22:01 Diperbarui: 24 Februari 2019   22:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: unsplash.com/@martinshredder

"Mari kita lihat, betapa monumen-monumen akal dan pembelajaran jauh lebih bertahan daripada monumen-monumen kekuatan atau karya tangan. Karena bukankah bait-bait Homer bertahan dua ribu lima ratus tahun atau lebih tanpa kehilangan satu patah kata atau huruf pun. Dalam kurun waktu itu tak terkira banyaknya istana, kuil, benteng kota yang telah membusuk dan hancur".

~ Sir Francis Bacon dalam The Advancement of Learning, (1605) ~

Dalam sebuah kelas pelatihan di Google Gapura Digital, sebelum menyampaikan materi saya mengatakan pada peserta bahwa sebenarnya saya lebih baik menulis 10 ribu kata daripada harus bicara satu menit. Bukan karena saya gugup, atau tidak terbiasa berbicara di depan umum. Tapi saya lebih percaya kekuatan sebuah tulisan daripada pembicaraan.

Seperti yang dikatakan filsuf dan ilmuwan Inggris dalam kutipan diatas, monumen akal yang berupa tulisan bisa bertahan ribuan tahun tanpa kehilangan satu patah kata atau huruf pun. Sebuah tulisan memiliki kekuatan untuk mengilhami, mengajar, menghibur, memimpin atau menghubungkan satu orang dengan yang lainnya.

Kita bisa melihat betapa ide-ide politik dan religius dari buku-bukunya Voltaire berada dalam arus utama Masa Pencerahan Prancis dan memberi sumbangan secara substansial terhadap Revolusi Prancis. Kita juga bisa melihat bagaimana tulisan Niccolo Machiavelli mampu menginspirasi begitu banyak jenderal, pemimpin atau diktator dunia.

Hingga konon, Napoleon Bonaparte dikisahkan selalu tidur dengan buku The Prince karya Machiavelli berada di bawah bantalnya. Begitu pula dengan Adolf Hitler, Joseph Stalin hingga Benitto Mussolini.

Di era yang lebih modern, buku-buku motivasi laris manis bak kacang goreng. Kita mungkin pernah membaca seri Chicken Soup atau buku The Secrets. Para motivator terkenal yang sering tampil di televisi juga tak ketinggalan ikut menerbitkan berseri-seri buku motivasi. Meskipun mereka sudah punya panggung sendiri di layar televisi atau media sosial yang bisa menjangkau jutaan pemirsa, toh mereka tetap merasa perlu menuliskan kalimat demi kalimat motivasi yang mereka rangkai dalam sebuah buku.

Kita semua memiliki kata-kata di dalam diri kita. Kata-kata yang mungkin dapat mengubah dunia, kata-kata yang dapat menghibur dan menyenangkan orang lain, kata-kata yang dapat mengajar dan meningkatkan pengetahuan. Tetapi kata-kata ini hanya dapat melepaskan kekuatan mereka ketika kita membagikannya.

Itu sebabnya saya menulis di blog pribadi, di Kompasiana, atau di media digital manapun juga, dan lebih menghargai tulisan daripada tontonan. Itu sebabnya hingga saat ini saya masih enggan untuk ngevlog di saat banyak orang (termasuk teman-teman sesama blogger) tergoda rayuan untuk menjadi YouTuber.  Dan itu sebabnya saya percaya bahwa dunia membutuhkan lebih banyak orang yang menemukan keberanian untuk mempublikasikan karya tulis mereka.

Kata-kata jugalah yang membuat milyaran orang mengeklik sebuah situs. Suatu ketika seorang teman mengkritik tampilan situs/blog pribadi saya. Katanya, "Jelek. Tata letaknya berantakan, desainnya kurang mewah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun