Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tak Ada Gunanya Membahas Mafia Sepak Bola di Mata Najwa

20 Desember 2018   13:54 Diperbarui: 20 Desember 2018   13:56 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi match fixing (iStockphoto/Getty Images)

Acara Mata Najwa bertajuk PSSI Bisa Apa Jilid 2 yang ditayangkan pada Rabu (19/12/2018) terasa sedikit spesial. Najwa Shihab akhirnya berhasil menghadirkan Andi Darussalam Tabussala (ADT), sosok yang dianggap sebagai Godfather sepakbola Indonesia. Sayangnya, sebagai pembanding Najwa tidak berhasil mendatangkan orang-orang dari PSSI. Ketua PSSI Edy Rachmayadi beserta dua wakilnya Joko Driyono dan Iwan Budianto berhalangan hadir.

Puluhan tahun malang melintang di dunia sepakbola Indonesia, ADT dianggap sebagai salah satu sosok yang paham betul, kalau tidak mau dibilang ikut bertanggung jawab atas kehadiran invisible hand yang sudah merusak marwah sepakbola Indonesia melalui berbagai kasus pengaturan skor. Salah satunya adalah Tragedi Bukit Jalil Malaysia, yang malam itu diulang oleh ADT untuk kesekian kalinya.

Ini bukan pertama kalinya ADT bicara tentang pengaturan skor di final Piala AFF 2010, yang dianggap sebagai salah satu match fixing paling fenomenal dalam sejarah tim nasional Indonesia. Sebelum ADT bicara di Mata Najwa, dia sudah mengungkapkannya di beberapa media. Tragedi Bukit Jalil juga sudah menjadi rahasia umum di kalangan pecinta sepakbola Indonesia.

Jadi, apa yang diungkapkan ADT dalam acara Mata Najwa bukan hal yang baru lagi. Lagu lama yang usang, meski harus diakui masih enak untuk didengarkan. Mengungkit kembali Tragedi Bukit Jalil hanya memiliki sedikit urgensi dengan permasalahan yang kini tengah disorot publik sepakbola tanah air, yakni bagaimana memberantas mafia sepakbola Indonesia, terutama yang berhubungan dengan kasus-kasus pengaturan skor pertandingan.

Sebelum ADT "bernostalgia" dengan pengaturan skor di Piala AFF 2010 di Mata Najwa kemarin, sudah ada beberapa pengakuan dari pelaku, atau mereka yang tersangkut dengan match fixing di sepakbola Indonesia. Masih hangat dalam pembahasan di media, anggota Exco PSSI Hidayat mengundurkan diri karena "merasa dikaitkan" dalam pengaturan skor antara Madura United dan PSS Sleman. Sebelumnya lagi, Bambang Suryo juga pernah menuturkan pengakuan yang serupa. Ada banyak tangan tak kasat mata yang ikut mengatur hasil pertandingan, terutama di liga-liga bawah.

Ini semua seharusnya sudah cukup untuk dijadikan pintu masuk bagi pihak yang berwenang untuk mengusut tuntas siapa dalang dan bandar besar dibalik skandal pengaturan skor. Siapapun yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk mengusut, apakah itu Polri atau Kemenpora bisa segera melakukan tindakan nyata. Membahas mafia sepakbola di layar kaca bukanlah solusi yang dikehendaki pecinta sepakbola Indonesia. Sudah berapa sering acara-acara serupa membahas hal yang sama, tapi semua berakhir pada retorika belaka.

Pada Mata Najwa kemarin, Kapolri Tito Karnavian yang juga ikut menjadi narasumber berjanji akan segera membentuk Satgas Pemberantasan Pengaturan Skor. Sebuah janji sangat manis yang layak untuk ditunggu segera gebrakannya.

Jika publik sepakbola Indonesia bertanya PSSI Bisa Apa, pertanyaan serupa saat ini harus ditujukan pada aparat kepolisian; Polisi Bisa Apa untuk mengungkit kasus match fixing? Karena pertanyaan itu sudah tidak lagi ditujukan pada PSSI. Federasi sepakbola Indonesia sekarang berada dalam posisi obyek penyelidikan. Mundurnya Hidayat dari Exco PSSI menandakan hal tersebut.

Mengungkap tuntas mafia sepakbola memang sulit, dan boleh dibilang menjadi misi yang hampir mustahil. Pengaturan skor terjadi di hampir semua liga di semua negara. Meskipun FIFA sendiri sudah membuat berbagai peraturan, menerapkan sanksi berat dan bekerja sama dengan kepolisian internasional, tapi itu belum bisa menghapus mafia sepakbola hingga ke akarnya.

Meski begitu, upaya nyata dari aparat yang berwenang di Indonesia untuk ikut aktif dalam menghambat pergerakan mafia sepakbola harus segera dilakukan dan didukung penuh. Ini untuk mengembalikan kepercayaan publik pada kompetisi sepakbola Indonesia yang bersih. Yang diharapkan bisa menelurkan segudang prestasi.

Sudah ada banyak pengakuan, dan beberapa nama pun sudah disebutkan. Sekarang waktunya bertindak nyata, bukan dengan bicara mengenang berbagai nostalgia skandal sepakbola.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun