Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Monas yang Mendadak Bersih Tanpa Ada yang Memuji

3 Desember 2018   08:19 Diperbarui: 2 Desember 2019   05:41 7167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi Erlangga Muhammad

Aksi para suporter Jepang yang memunguti sampah di stadion saat event Piala Dunia 2018 lalu menjadi perhatian publik. Beberapa media, terutama media massa Indonesia yang sering "baperan" menuliskan aksi simpatik itu dengan pujian berlebih dan mengatakan aksi semacam ini seharusnya bisa ditiru oleh bangsa kita.

Masyarakat Jepang memang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Budaya bersih ini terbentuk dari disiplin diri yang mereka tanamkan sejak usia dini. Sebuah perilaku yang memang patut dicontoh dan ditiru oleh masyarakat Indonesia yang kepedulian mereka terhadap kebersihan lingkungan masih memprihatinkan.

Sering kali kita lihat ketika usai sebuah acara sampah-sampah berserakan begitu saja. Jangankan acara yang mengundang banyak orang, dalam rapat pertemuan warga setingkat RT saja bungkus-bungkus makanan ditinggalkan tergeletak di tempat masing-masing. Tanpa ada yang mau sadar diri untuk memungut dan membuangnya di tempat sampah.

Apakah benar masyarakat kita tidak memiliki budaya bersih yang tinggi sebagaimana yang diperlihatkan oleh suporter Jepang itu? Apakah tidak ada yang bisa dicontoh dari perilaku masyarakat kita sendiri hingga harus jauh-jauh mencontoh suporter Jepang?

Tidak juga. Mungkin benar sebagian besar masyarakat kita, terutama mereka yang berpendidikan rendah kurang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Namun bukan berarti tidak ada contoh nyata seperti yang diperlihatkan oleh suporter Jepang tersebut.

Hari Minggu kemarin (2/12/2018), sebuah acara yang dihadiri lautan manusia digelar di sekitaran Monas, Jakarta. Jutaan orang (atau ribuan kata media) berkumpul dan menyemut untuk menghadiri acara yang mereka sebut Reuni Akbar 212. 

Jika melihat lautan manusia seperti itu, tentu yang ada di benak kita adalah mereka akan meninggalkan gunungan sampah yang berserakan di sekitar Monas. Yang ada di pikiran sebagian besar orang adalah kawasan Monas akan kotor dan rumputnya rusak.

Ternyata salah. Yang terjadi justru sebuah keajaiban. Dalam hitungan beberapa jam saja, kawasan Monas bersih menterang, kembali seperti semula seolah disana tidak pernah ada acara yang menyedot lautan manusia.

Apa yang terjadi?

Ketika acara berlangsung, memang ada beberapa tumpukan sampah yang ditinggalkan begitu saja oleh sebagian orang yang mengikuti acara tersebut. Tapi itu tak berlangsung lama. 

Beberapa pemuda dan pemudi dengan sigap mengambili sampah-sampah itu, lalu membuangnya di plastik sampah hitam yang mereka bawa. Setelah plastik sampah itu penuh, mereka lalu meletakkannya di beberapa titik yang sudah ditentukan. Tak hanya itu, sampah-sampah kecil disela-sela paving block jalan pun ikut dipunguti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun