Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Di Balik Diskualifikasi Atlet Blind Judo Miftahul Jannah di Asian Para Games 2018

8 Oktober 2018   21:08 Diperbarui: 8 Oktober 2018   21:48 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet blind judo Miftahul Jannah sedih usai didiskualifikasi (bola.com/M Iqbal Ichsan)

Atlet blind judo asal Aceh, Miftahul Jannah terkena diskualifikasi lantaran tidak bersedia melepas jilbabnya saat hendak bertanding melawan atlet Mongolia Gantulga Oyun dalam Asian Para Games 2018. Miftahul Jannah sedianya akan turun di kelas 52 kg blind judo putri. Namun, saat sudah memasuki arena pertandingan di JIEXPO Kemayoran Senin (8/10/2018) pagi, Miftahul Jannah diperingatkan oleh wasit untuk melepas jilbabnya.

Miftahul Jannah enggan melepas jilbabnya. Dia memilih untuk mundur dan tidak bertanding daripada harus melepas jilbabnya, meski untuk sebentar saja saat pertandingan tersebut. Dia mengaku sempat menangis, namun kemudian merasa lega dan tidak menyesali keputusannya tersebut.

"Lebih banyak lega. Saya juga bangga karena sudah bisa melawan diri sendiri, melawan ego sendiri. Saya punya prinsip tak mau dipandang terbaik di mata dunia, tapi di mata Allah," kata Miftahul Jannah, kepada wartawan setelah gagal bertanding.

Penanggung jawab tim Para Judo Indonesia, Ahmad Bahar mengaku tidak bisa berbuat banyak terhadap keputusan wasit yang mendiskualifikasi atletnya tersebut.

"Kami sebenarnya sudah mencoba memberikan pengertian agar dia mau melepas jilbab pada saat hanya bertanding setelah itu dipasang lagi, akan tetapi dia tidak mau," kata Ahmad Bahar seperti dikutip dari Bola.com

"Dia sudah memiliki prinsip untuk tidak mau membuka auratnya hanya demi bertanding. Dia bilang lebih baik tidak usah bertanding," ucap Ahmad Bahar.

Sebelum bertanding, Ahmad Bahar mengaku sudah mencoba berbagai cara untuk membujuk Miftahul Jannah melepaskan jilbabnya. Bujukan orang tua hingga psikiater tetap tak mampu meluluhkan keputusan Miftahul Jannah.

"Kami sudah mengusahakan untuk mendatangkan orang tuanya dari Aceh dan itu arahan dari Cdm (kepala kontingen) langsung. Kami juga sudah memberikan psikiater, akan tetapi atletnya juga sudah tidak mau," ujar Ahmad Bahar.

Aturan untuk melepas jilbab (tidak memakai penutup kepala) dalam olahraga Judo sudah disepakati dan menjadi aturan internasional yang terbaru. Alasannya demi keselamatan sang atlet. Olahraga Judo banyak mengandalkan teknik cengkraman dan bantingan. Bila pemain mengenakan jilbab, dikhawatirkan jilbab tersebut akan menutupi wajah dan selain itu juga bisa dimanfaatkan lawan untuk menarik sehingga bisa mencekik leher pemain yang bersangkutan.

Kejadian ini memang patut disesalkan karena merugikan kontingen Indonesia dan menghilangkan kesempatan untuk meraih medali. Meski begitu, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kasus diskualifikasi ini.

Jika aturan untuk tidak memakai penutup kepala ini sudah disepakati dan menjadi aturan internasional, semestinya official Judo bisa mengantisipasinya lebih dini. Mereka tahu ada aturan seperti ini, dan seharusnya sudah memberi tahu atlet yang bersangkutan tentang aturan tersebut. Yang terjadi, Miftahul Jannah baru mengerti saat dia sudah memasuki arena pertandingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun