Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Memanusiakan Robot dengan "Artificial Stupidity"

26 Agustus 2018   09:02 Diperbarui: 27 Agustus 2018   05:44 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (evolving-science.com)

Pernah nonton film I, Robot? Film yang dibintangi aktor Will Smith ini mengisahkan suasana kota Chicago pada tahun 2035. Pada masa itu, manusia hidup berdampingan dengan "mesin hidup" atau robot, yang diprogram untuk membantu aktivitas keseharian manusia.

Namun, bencana mulai datang ketika robot-robot yang semestinya membantu tuannya tersebut berevolusi. Kelompok robot NS5 berevolusi dengan dibantu oleh VIKI, sebuah server Otak Tiruan yang diciptakan oleh manusia agar dapat mengontrol para robot dalam mempermudah pekerjaan manusia. Alih-alih membantu, para robot mulai memberontak dan bermaksud melenyapkan manusia dari muka bumi.

Tema seperti yang ada pada film I, Robot menjadi salah satu tema favorit banyak film fiksi ilmiah. Bahwa suatu saat nanti, "mesin hidup" akan berevolusi melampaui batas kecerdasan buatan mereka dan menggantikan manusia. Dan percaya atau tidak, kekhawatiran terhadap evolusi robot atau mesin hidup tersebut terbawa ke dunia nyata.

Tak perlu menunggu hingga tahun 2035. Sekarang saja, kita sudah hidup dimana seluruh dunia terobsesi dengan Artificial Intellegence (AI), mesin yang bisa menggantikan beberapa pekerjaan manusia.

Tengoklah bagaimana Amazon Echo dan Google Assistant bisa menggantikan tugas seorang sekretaris atau asisten pribadi. Dari mulai melihat jadwal pertandingan sepakbola hingga mengerjakan soal pekerjaan rumah anak-anak. Tengok pula bagaimana mesin-mesin hidup di pabrik menggusur para pekerja, membuat jutaan orang terpaksa menganggur. 

Kecerdasan buatan pula yang mampu mengalahkan seorang Grand Master dalam bermain catur, dan konon, sebuah kecerdasan buatan bahkan bisa meramal kematian manusia dengan tingkat margin error yang sangat rendah.

Semakin berkembang sebuah teknologi, semakin canggih pula kecerdasan buatan. Maka, seperti yang diceritakan dalam film fiksi ilmiah seperti I, Robot atau Terminator, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti mesin hidup itu menjadi semakin pintar dan bangkit melawan manusia.

Terdengar konyol? Mungkin saja. Tapi singkirkan sejenak tawa dan pemikiran bahwa ketakutan akan evolusi robot seperti ini adalah suatu hal yang konyol. Kita asumsikan saja bahwa, evolusi robot itu sebagai suatu hal yang mungkin terjadi. 

Kita asumsikan pula bahwa kelak robot-robot yang kita ciptakan malah akan memberontak terhadap manusia. Seandainya hal ini terjadi, apa yang bisa kita lakukan? Minimal, apa langkah yang harus dilakukan supaya paradigma yang menakutkan ini tidak terjadi?

Michal Trazzi dan Roman V. Yampolskiy, peneliti dari Sorbonne Universite, Prancis dan Universitas Louisville, percaya bahwa jawabannya adalah memperkenalkan kebodohan buatan dan mencampurkannya ke dalam kecerdasan buatan yang ditanamkan pada mesin-mesin hidup tersebut. Ya, kebodohan buatan atau Artificial Stupidity. Dan kedua peneliti ini tidak sedang bercanda.

Artificial Stupidity merupakan tema penelitian serius yang dilakukan oleh peneliti serius. Jadi bukan cuma bahan olok-olokan atau sekedar bahan stand up comedy. Berikut sedikit kutipan dari jurnal penelitian mereka:

"Kami mengatakan bahwa AI dibuat secara artifisial dengan beberapa batasan yang sengaja diperkenalkan untuk mencocokkan kemampuan manusia yang bisa dilakukan AI. Kecerdasan Umum Buatan (Artificial General Intellegence/AGI) dapat dibuat lebih aman dengan membatasi daya komputasi dan ingatannya, atau dengan memperkenalkan Kebodohan Buatan (Artificial Stupidity) pada tugas-tugas tertentu. Kami mensurvei batas intelektual manusia dan memberikan rekomendasi untuk batas mana yang harus diterapkan dalam mengembangkan AGI yang aman."

Nalar intelektual di antara kita mungkin merasa terhina, karena robot yang seharusnya pintar malah harus dibuat bodoh. Tapi percayalah, dalam banyak hal, mesin sudah berhasil mengungguli manusia. Menurut para peneliti, manusia memiliki kendala komputasi yang jelas (memori, pemrosesan, komputasi dan kecepatan berpikir), dan selalu mengalami bias kognitif. Sementara sebuah AI/AGI bukanlah suatu hal yang dibatasi oleh batas-batas komputasi dan kognitif.

Jika saat ini saja kemampuan sebuah AGI bisa melampaui kemampuan manusia, dalam beberapa hal tertentu, kita bisa berasumsi bahwa suatu saat kemampuan AGI akan meningkat dan berevolusi menjadi superintellegence. Karena itu, untuk menghambat laju evolusi AGI, salah satu caranya adalah dengan membatasi perangkat keras yang membangun AI tersebut. 

Namun, dengan segera para peneliti tersebut sadar, bahwa dengan kemampuan intelegensia super, ditunjang dengan kondisi lingkungan yang serba terkoneksi dan terkomputasi, AGI bisa memiliki kekuatan tersendiri. AGI, misalnya, bisa memanipulasi manusia untuk membeli perangkat keras bagi dirinya.

Selain membatasi perangkat keras yang membentuk AGI, para peneliti juga mengusulkan langkah utama supaya AGI tidak berevolusi. Yakni dengan memasukkan bias kognitif manusia. Tim peneliti mengatakan:

"Memasukkan bias manusia ke dalam AGI menghadirkan beberapa keuntungan: mereka dapat membatasi kecerdasan AGI dan membuat AGI pada dasarnya lebih aman dengan menghindari perilaku yang mungkin membahayakan manusia."

Makalah yang disusun peneliti ini berlanjut dengan daftar 14 bias manusia spesifik yang dapat secara sengaja dikodekan pada "jaringan saraf" AGI. Sehingga pada dasarnya akan membuat AI tersebut  terlalu bodoh untuk melampaui kecerdasan manusia.

Peneliti juga menegaskan bahwa Kebodohan Buatan tidak hanya akan melindungi kita dari ancaman kecerdasan umum buatan yang superintelligent, tetapi juga membuat kecerdasan buatan, secara umum, lebih mirip manusia.

Referensi: Jurnal Artificial Stupidity

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun