Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bancakan, Tradisi Makan Bersama Sebelum Memulai Silaturahim ke Tetangga

15 Juni 2018   11:34 Diperbarui: 15 Juni 2018   11:41 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khutbah sholat Ied usai dibacakan. Jamaah sholat Ied di masjid Jami' kampung beriringan pulang ke rumah. Alhamdulillah, tak ada petasan yang menyala usai sholat Ied. Beberapa petugas dari polsek setempat sudah mengantisipasi dengan berjaga di sekitar masjid sejak subuh. Kabarnya, pak Kapolsek beberapa waktu lalu menyempatkan diri untuk mengumpulkan para ketua RT dan tokoh masyarakat setempat. Memberi instruksi supaya tak ada lagi nyala petasan di hari lebaran.

Sebelum anjangsana ke rumah tetangga, kaum pria dan anak laki-laki berkumpul dulu di masjid dan musholla terdekat. Bancakan, adalah tradisi makan bersama sebelum memulai silaturahim. Setiap keluarga membawa "asahan", atau masakan yang biasanya berupa nasi satu tempeh beserta lauknya. Jika tak sempat memasak, beberapa warga membawa buah-buahan atau minuman. Jika dalam satu lingkup musholla ada 10 keluarga, bisa dipastikan disana juga tersedia 10 "asahan".

Sebelum makan bersama, sesepuh kampung angkat bicara. Biasanya mengingatkan warga perihal ibadah puasa yang sudah dilalui. Serta tak lupa juga mengingatkan, bahwa rajinnya kita beribadah jangan hanya di bulan puasa saja. Musholla dan masjid kalau bisa tetap ramai dengan jamaah sholat meski bulan Ramadan sudah berlalu. 

Setelah itu, do'a pun dipanjatkan. Bersyukur atas kesehatan dan kesempatan umur yang sudah diberikan, hingga bisa merayakan Idul Fitri di tahun ini. Dan semoga masih diberi kesempatan dan usia yang panjang, untuk bisa berjumpa lagi dengan Ramadan tahun depan.

menunggu wejangan dari sesepuh kampung sebelum memulai Bancakan (dok.pribadi)
menunggu wejangan dari sesepuh kampung sebelum memulai Bancakan (dok.pribadi)
Kemudian, satu per satu "asahan" dibagi. Satu "asahan" biasanya untuk 3-4 orang. Kadang, saking banyaknya warga yang membawa, satu "asahan" hanya dihadapi 2 orang saja. "Asahan" yang dibawa juga diusahakan tak boleh dimakan sendiri, pamali kata sesepuh kampung. Harus warga lain yang menikmatinya. Jadinya seperti saling bertukar "asahan". Jika tidak sampai habis dimakan, sisa masakan dibawa pulang, atau "mberkat". Tak ada warga yang pulang ke rumah tanpa membawa "berkat".

menikmati
menikmati
Bancakan adalah sarana bagi kaum pria di kampung untuk berkumpul bersama. Karena kesibukan masing-masing di hari biasa, meski saling bertetangga kadang sering tak bersua. Bancakan juga sering menjadi sarana bagi warga untuk membahas permasalahan dan pembangunan kampung, terutama di lingkungan sekitar musholla atau masjid.

Usai bancakan, barulah aktivitas silaturahim dilakukan. Bahkan ibu-ibu, para istri dan anak perempuan yang tidak ikut Bancakan tidak akan memulai silaturahim jika para bapak dan suami belum pulang dari masjid/musholla. Praktis, selama Bancakan, suasana kampung masih sepi. Tak ada hilir mudik warga yang saling mengunjungi.

Zaman boleh berubah, modernisasi boleh melanda. Tapi tradisi Bancakan di kampung kami tetap lestari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun