Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menguak Misteri Edward Soesman, Sosok yang Pernah Diabadikan Jadi Nama Taman Kota Malang

2 Mei 2018   23:30 Diperbarui: 3 Mei 2018   17:26 2542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
para tokoh Indo Europees Verbond (wikimedia common)

Aneh rasanya jika ada seseorang yang namanya diabadikan pada sebuah jalan dan taman, tapi tidak banyak orang yang mengetahui siapa dia. Umumnya, seseorang yang namanya diabadikan tentunya merupakan sosok yang penting di zamannya saat itu. Namun hal ini tidak berlaku pada nama Edward Soesman.

Jika kita bertanya pada masyarakat kota Malang, di mana tokoh ini dulunya pernah tinggal, hampir bisa dipastikan tidak ada yang kenal dengan nama ini. Wajar saja, karena Edward Soesman adalah tokoh peranakan Belanda yang hidup pada jaman kolonial. Namanya sempat diabadikan pada sebuah taman, atau bundaran jalan, yakni Edward Soesman Park. Kini, bundaran jalan itu berganti nama menjadi jalan Taman Riau, yang terletak di kawasan Sawahan, Kecamatan Sukun Kota Malang.

Pada era kolonial, tepatnya tahun 1930-an, Edward Soesman merupakan tokoh penting. Dia adalah wakil ketua I.E.V (Indo Europees Verbond) Regentschaap Malang, perkumpulan orang-orang Indo-Belanda. Meski keturunan orang Eropa atau Belanda, tapi dalam struktur sosial masyarakat kolonial saat itu, derajat mereka diposisikan berada di bawah orang Eropa atau Belanda totok. 

IEV didirikan oleh Karel Zaalberg pada 13 Juli 1919. Semula, mereka hendak melawan sikap rasis dari orang-orang Belanda totok dan menuntut hidup mereka dipermudah. Tapi nyatanya sebagian besar dari mereka malah bersikap rasis terhadap rakyat pribumi. Namun tak semua Indo memandang rendah orang pribumi. Kita sudah mengenal Eugene Francois Douwes Dekker, tokoh Indo yang selalu bersikap kritis terhadap pemerintah Belanda dan banyak membela kepentingan rakyat pribumi.

Kembali pada Edward Soesman, sedikit sekali literatur yang mengulas sosok ini. Dalam penelusuran yang saya lakukan, cuma ada dua pemberitaan yang menyebut nama Edward Soesman. Keduanya memberitakan perihal bergabungnya Edward Soesman ke organisasi N.S.B (Nasionaal Socialistische Bewenging), sebuah organisasi sosialis-nasionalis mirip NAZI Jerman yang didirikan di Utrech pada tahun 1931.

Meski jabatannya hanya wakil ketua di IEV, Edward Soesman saat itu praktis menjadi semacam pemimpin tak resmi dari orang-orang Indo. Setidaknya inilah yang diberitakan Soerabaijasch Trade Magazine edisi 18 Mei 1935. Dalam pemberitaannya, surat kabar ini menyebut Edward Soesman adalah seorang pemimpin bayangan yang banyak berjasa bagi kepentingan orang-orang Indo. 

Salah satunya adalah ketika dia mengusulkan pembangunan komplek perumahan di kawasan Eilandenbuurt, yang sekarang menjadi kawasan rumpun jalan pulau-pulau. Usulan Edward Soesman ini akhirnya disetujui Dewan Kota Malang dan masuk pada rancangan perluasan kota, atau Bouwplan ke-VI pada tahun 1930. 

Atas jasanya tersebut, salah satu ruas jalan yang mengelilingi taman kecil diberi nama Edward Soesman Park. Sebuah anomali mengingat jalan-jalan sekitarnya mengambil nama pulau-pulau seperti Lombok Weg, Java Weg, Soemba Weg dan lainnya.

Sumber sejarah yang kedua yang menyebut nama Edward Soesman berasal dari pemberitaan De Indische Courant edisi 21 Mei 1935. Surat kabar ini memberitakan bergabungnya Edward Soesman ke NSB. Karena tidak lagi menjadi anggota IEV, maka dewan pimpinan IEV meminta pada Dewan Kota Malang untuk mengganti nama taman dari semula Edward Soesman Park menjadi I.E.V Park. Sayangnya, permintaan ini tidak kunjung dipenuhi hingga kemudian Jepang masuk dan mengusir Belanda dari seluruh wilayah Indonesia.

Ngomong-ngomong, apakah nama ini ada hubungannya dengan Abadi Soesman, yang musisi jazz itu? Entahlah, karena sewaktu menelusuri nama Soesman, ternyata nama ini banyak dipakai oleh orang-orang Indo. Selain Edward H Soesman diatas, ada pula dr. R. Soesman, anggota Palang Merah di kota Malang yang saat zaman pendudukan Jepang memilih untuk bertahan di Malang dan menjadi sukarelawan kemanusiaan. 

Dan meskipun pengucapannya terdengar familiar dan mirip dengan nama pribumi, sesungguhnya nama Soesman termasuk nama Hindia Kuno. Demikian menurut Dr.Th. Stevens, sejarawan yang menulis buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1969.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun