Selama ini areal pemakaman umum selalu berkesan gelap dan menyeramkan. Namun hal itu tidak berlaku ketika kita mengunjungi Kampung Kramat Kasin, Kota Malang. Di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kasin yang terletak di kampung ini, suasananya malah terlihat penuh warna-warni ceria.
Kampung Kramat Kasin adalah salah satu kampung tematik terbaru yang ada di Kota Malang. Mengangkat tema "Kematian Yang Menghidupi", kampung ini berhasil menyabet gelar juara ke-3 dalam perlombaan Kampung Tematik yang digelar Pemerintah Kota Malang tahun 2017 lalu.
Tema yang diangkat memang sangat tepat jika dikaitkan dengan keberadaan kampung itu sendiri. Kampung ini terletak dekat dengan salah satu kawasan pemakaman terluas di Kota Malang, dimana pada areal pemakaman tersebut terdapat makam seorang tokoh masyarakat, yakni Habib Abdul Qadir bin Faqih, pendiri Pondok Pesantren Darul Hadits Kota Malang.
Uniknya, di tengah pemakaman, tepatnya di sisi sebelah selatan terdapat sebuah perkampungan kecil yang dihuni sekitar 70 kepala keluarga. Mereka adalah warga RT 07 RW 03 Kelurahan Kasin yang dalam keseharian menggantungkan mata pencaharian mereka pada aktivitas pekerjaan sekitar pemakaman. Ada yang menjadi tukang gali kubur, pembersih nisan hingga penjual bunga untuk para peziarah.
Makam Berkubah Habib Abdul Qadir
Keberadaan pemakaman Kasin, terutama makam Habib Abdul Qadir bin Faqih memang membawa berkah bagi kampung ini. Setiap hari Kamis, atau menjelang hari raya bisa dipastikan pemakaman ini ramai dengan para peziarah. Apalagi jika ada kegiatan Haul dari Habib Abdul Qadir bin Faqih, ribuan peziarah dari dalam dan luar kota Malang memenuhi Kampung Kramat. Karena itu, ketika Pemerintah Kota Malang mengadakan lomba Kampung Tematik, warga sepakat untuk mengusung konsep wisata religi, yang disesuaikan dengan gaya kekinian.
Ketika pertama masuk ke Kampung Kasin, kita akan disuguhi pemandangan mural pada dinding pemakaman. Karena ini adalah areal pemakaman, mural yang dilukis pun bertema seputar kematian dan mitos hantu-hantu. Tapi tidak mengesankan keseraman. Karena sosok hantu yang dilukis bentuknya lucu dan berwarna ceria.

Menurut salah seorang warga, kunci gedung Museum dibawa petugas kelurahan. Gedung itu biasanya dibuka jika ada kegiatan Haul atau saat Kampung Kramat ramai dengan peziarah. Ketika saya tanya apa yang ada di dalam ruangan tersebut, warga menjawab ada arsip-arsip desa dan arsip dari keluarga Habib Abdul Qadir bin Faqih.
Areal pemakaman Kasin ini memang luas. Hampir seluruh makam yang ada disini sudah diberi kijing, atau bangunan kecil pada makam yang berfungsi sebagai penanda. Sebelum masuk lebih dalam, terdapat papan petunjuk seputar denah pemakaman.
Dibagian tengah terdapat sebuah bangunan berkubah. Itulah makam dari Habib Abdul Qadir bin Faqih beserta keluarga terdekatnya. Ketika saya mendekat, ada seseorang yang sedang mengaji di dalam pemakaman berkubah tersebut. Beberapa warga kampung terlihat sedang beraktivitas di dalam pemakaman. Ada yang membersihkan rumput, mengecat batu nisan, atau membangun kembali beberapa kijing yang sudah rusak.

Kampung dan taman di tengah pemakaman
Di sisi selatan pemakaman, nuansanya tidak lagi terlihat menyeramkan. Namun mirip dengan sebuah taman bermain. Di tepi jalan berpaving terdapat lorong besi dengan ornamen ban bekas yang dicat warna-warni. Kampung Kasin dulunya memang dikenal sebagai perkampungan industri kerajinan dari ban bekas. Ada pula beberapa papan yang berisi kutipan-kutipan hadist yang isinya mengingatkan umat manusia pada kematian. Jalan ini menuju ke perkampungan penduduk yang masih terletak dalam area pemakaman.

Dinding rumah dihiasi dengan mural tokoh-tokoh horor dan mistis. Ada lukisan pocong, tuyul, kuntilanak, Ratu Pantai Selatan, hingga Anubis, dewa berkepala anjing dari mitologi Mesir. Sebuah musholla dan toilet umum disediakan untuk peziarah yang datang.

Jika ingin mengunjungi Kampung Kramat Kasin, Anda bisa menuju ke arah Sukun, melalui jalan Arif Margono. Bagi yang naik angkutan umum, dari terminal Arjosari atau terminal Gadang/Hamid Rusdi bisa naik angkot GA, kemudian turun di jalan Nusakambangan. Setelah itu tinggal berjalan kaki atau naik becak ke lokasi Kampung Kramat.
Kampung Kramat biasanya ramai di hari Kamis sore atau Jumat pagi, saat dimana warga sekitar banyak yang berziarah. Jika ingin menikmati keheningan pemakaman yang tidak menyeramkan, saya sarankan anda berkunjung di luar waktu tersebut. Saat masuk ke areal pemakaman, bagi yang muslim dianjurkan untuk berwudhu dahulu di tempat yang sudah disediakan. Ikuti jalur jalan yang sudah disediakan dan jangan menginjak atau melangkahi makam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI