Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Demi Lautku Bebas Sampah, Pemerintah Anggarkan 13,4 Triliun Rupiah

6 Desember 2017   09:52 Diperbarui: 6 Desember 2017   10:08 2180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lautku Bebas Sampah, Laut Yang Indah (dok. pribadi)

Laut dan pantai adalah aset sumberdaya alam yang sangat berharga bagi Indonesia. Tidak hanya hasil lautnya, pemandangan indah yang dimiliki lautan dan pantai di Indonesia juga menjadi daya tarik utama sektor pariwisata. Tapi, tahukah kita bahwa laut dan pantai kita sedang dalam kondisi darurat dan terancam bahaya sampah plastik?

Seandainya semua personel Koes Plus masih hidup, mungkin mereka akan mengubah lirik lagu "Bukan lautan hanya kolam susu" menjadi "Bukan lautan hanya kolam sampah" ketika melihat kondisi lautan Indonesia saat ini. Tengoklah disepanjang pesisir pantai, atau di tengah laut tatkala kita berkesempatan menjelajahinya. Sepanjang mata memandang, kita pasti bisa melihat sampah plastik yang mengambang.

Ketika pada tahun 2012 saya pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua tepatnya di kota Sorong, Papua Barat, betapa miris dan sedihnya ketika melihat tumpukan sampah yang terombang-ambing di bibir pantai belakang tembok Berlin hingga Tanjung Kasuari. 

Padahal, laut Papua terkenal akan keindahan pemandangan bawah air dan kejernihan airnya. Tapi, lautan sampah yang terombang-ambing di tepi pantainya memupus pemandangan indah yang seharusnya bisa saya nikmati. Laut ku bebas sampah, itulah lautku yang indah.

Mereka Yang mengingatkan Lautku Bebas Sampah

Harus diakui, sudah lama kita terbiasa berada dalam zona nyaman dengan berbagai pandangan bahwa laut kita bersih, dan pantai yang mengelilinginya mempunyai pemandangan indah. Namun, sejak tahun 2015, ada dua orang yang harus kita hargai karena sudah membangunkan kita dari mimpi indah tersebut. Orang pertama adalah Dr. Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika yang merilis hasil penelitiannya di jurnal Science. 

Ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian dari penelitian Dr. Jenna Jambeck tersebut. Pertama bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar penyumbang sampah sebesar 3.2 juta ton. Kita hanya kalah dari negara Tiongkok di peringkat pertama. Kedua bahwa dari 192 negara pesisir (termasuk Indonesia), setidaknya sudah membuang sampah ke laut sebesar 12.7 juta ton. 

Dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit dari India, negara tersebut masih jauh dibawah Indonesia dalam menyumbang sampah ke laut. Ketiga adalah prediksi kenaikan jumlah sampah yang masuk ke laut akan berlangsung secara eksponensial jika infrastruktur di darat tidak diperbaiki. Hasil penelitian tersebut menyadarkan pemerintah bahwa kondisi laut Indonesia terhadap sampah tidak lagi dalam keadaan awas, siaga, atau waspada. Tapi sudah dalam keadaan darurat sampah!

Orang kedua, yang juga berjasa mengingatkan gentingnya kondisi laut indonesia yang terpapar sampah adalah aktivis lingkungan yang juga fotografer alam bebas dari Amerika Serikat, Justin Hoffman. Sebuah foto yang diambil Justin Hoffman di perairan Sumbawa pada Desember 2016 itu memperlihatkan seekor kuda laut yang membawa cotton bud di ekornya. 

Pemandangan itu sungguh miris karena umumnya kuda laut berpegang pada lamun atau rumput laut. Masuknya foto tersebut sebagai finalis ajang Wildlife Photographer of the Year pada September 2017 membuat masyarakat dunia cemas akan laut Indonesia. Foto ini pun menjadi viral, sekaligus juga menjadi alarm bahwa laut kita bukanlah tempat sampah.

Foto Kuda Laut yang viral (https://www.instagram.com/p/BY8iyqxHx4r/)
Foto Kuda Laut yang viral (https://www.instagram.com/p/BY8iyqxHx4r/)
Program Pemerintah Untuk Lautku Bebas Sampah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun