Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kembalikan Klik Saya!

27 Oktober 2017   22:48 Diperbarui: 27 Oktober 2017   23:15 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Terungkap! Begini cara menulis artikel yang viral banget!

Kalimat diatas adalah contoh dari sebuah judul artikel/berita di jaman NOW yang kekinian. Harus diakui, dan mau atau tidak mau, di jaman digitalisasi media yang paperless, semua berorientasi pada seberapa banyak orang menekan tombol klik untuk membuka artikel/berita tersebut. Dibaca sampai tamat atau tidak, itu urusan belakang. Inilah yang dinamakan clickbait. 

Clickbait, atau bahasa Indonesia baku nya adalah umpan klik, merupakan fenomena baru seiring pesatnya perkembangan dunia internet. Clickbait erat kaitannya dengan perubahan pola marketing/iklan. Dimana sebelumnya banyak pemasang iklan konvensional seperti pada baliho, billboard, videotron atau iklan tayangan di media televisi atau radio, beralih ke pola digital marketing. 

Dan Google Adsense lah yang jadi penyebab timbulnya fenomena umpan klik ini. Iming-iming guyuran dolar dari uang para pemasang iklan digital Google membuat para pemilik situs atau akun youtube berlomba-lomba memasang judul berita yang bisa memancing penonton untuk mengklik tautan yang ditawarkan.

Sebenarnya, praktik clickbait di dunia internet sah-sah saja, selama isi/konten artikel maupun video memang sesuai dengan kalimat judul yang sengaja dibuat hiperbola. Ini adalah salah satu strategi digital marketing dari media untuk mendapatkan banyak pembaca/pengguna. Sayangnya, semakin lama para pembuat clickbait seolah meminggirkan akurasi dan kualitas isi konten. Makin banyak isi artikel atau video yang sama sekali tidak relevan dengan judul maupun gambar mini (thumbnail) yang ditampilkan.

Kalimat judul yang clickbait umumnya memanfaatkan dan mengeksplorasi rasa keingintahuan dari pembaca/penonton. Tajuk umpan klik ini biasanya hanya berisi informasi singkat yang memancing rasa ingin tahu tapi tidak cukup memenuhi rasa ingin tahu tersebut tanpa membuka tautan yang dimaksud. Di masa awal fenomena clickbait, prefik dan kalimat judul dari sebuah berita/artikel/video masih bervariasi dan terasa "nyaman" untuk dibaca sembari kemudian mengklik tautan berita untuk mencari tahu informasi yang ditawarkan. Biasanya memakai prefik angka, kata-kata "Cara", "Bagaimana", "Inilah" dan beberapa prefik lainnya.

- "Inilah 7 kalimat judul yang bisa mengundang banyak pembaca"

- "Cara menulis artikel yang menarik perhatian pembacanya"

Tidak terlalu hiperbola, tapi masih ampuh untuk mengundang rasa keingintahuan pembaca untuk mengeksplorasi informasi didalamnya.

Namun, semakin kesini, prefik dan pemilihan kalimat judul clickbait kini dipenuhi kata-kata "Alay" yang membosankan. Yang saya maksud kata-kata alay adalah seperti ini: Heboh, Terungkap, Viral, Terbongkar, Tercyduk. Padahal isinya biasa saja, tidak heboh, tidak ada yang terungkap beneran, dan mungkin pula tidak viral. 

Bagi Generasi Millenial dan Gen Z, prefik semacam itu mungkin bisa meningkatkan gairah mereka untuk mengklik tautannya. Tapi bagi generasi Old School seperti saya misalnya, judul-judul artikel/berita semacam itu terasa membosankan, dan seperti sampah yang bertebaran di halaman sebuah media. Dan mirisnya, kini media-media berkelas pun mengikuti arus pemakaian prefik clickbait semacam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun