Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tren Kecemasan New Parents dan Parents To Be

11 September 2016   21:37 Diperbarui: 11 September 2016   23:55 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman lain dibagikan oleh kakak ipar saya, Musdalifah, yang suka saya panggil dengan sapaan Bunda Ifah. "Hal yang paling membuat saya cemas adalah ketakutan kalau saya tak mampu menjaga dan merawat anak sebagai amanah Allah ini dengan baik, karena saya pada dasarnya adalah anak manja yang semuanya serba diuruskan oleh orang lain. Bagaimana mungkin saya bisa melakukannya dengan tangan saya sendiri? Saya ragu dengan kemampuan saya", tutur Bunda dengan 1 orang anak ini.

Melihat fakta di atas, mungkin ada yang sampai bertanya-tanya: "Separah itukah tingkat kecamasan para new parents dan parents to be?"

"Mengapa mereka merasa cemas?" Jawaban pastinya: Karena menjadi orang tua adalah pengalaman baru baginya, sehingga kerap timbul rasa kikuk menghadapi sang anak. Di samping itu, gambaran ketidakpastian akan masa depan pun seolah menghantui, karena merasa tidak siap menghadapi pertarungan hidup sebagai orang tua.

Pertanyaan-pertanyaan berkelebat.

"Bisakah saya menjadi orang tua yang baik?"

"Bisakah saya mewujudkan cita-cita anak saya?"

"Bisakah saya menjamin masa depan anak saya?"

"Bisakah saya mengasuhnya menjadi pribadi yang kuat untuk menghadapi tantangan era ke depan yang lebih kompleks, lebih maju, dan penuh persaingan?"

"Bisakah saya membantunya untuk memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya?

"Bisakah saya membiayai sekolahnya sampai ke jenjang pendidikan tertinggi?"

dan sederet bisakah-bisakah yang lain..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun