Membencimu dengan sungguh-sungguh dan mencintaimu sama besar dan sama kadarnya dengan rasa benci itu.
Seperti dua sisi sebuah koin, tak terpisahkan.Â
Terpisah tetapi juga tersambung. Â
Tersambung namun terpisah.Â
Adakalanya ingin menjauh, dan kemudian ketika benar-benar menjauh rindu membawaku kembali padamu.Â
Tak lama kemudian aku akan membenci lagi. Â
Begitu saja terus, terus begitu saja hingga maut menjemput.
Aku membencimu ketika kau tak bisa membedakan mana biru mana hijau. Â
Aku juga benci ketika kau tak gerah mengenakan motif bertabrakan tak jelas.Â
Aku benci ketika kau tak mampu tentukan prioritas. Â
aku juga benci ketika dengan entengnya meminta sesuatu.Â