Mohon tunggu...
Primaditya Rahmat Mahendra
Primaditya Rahmat Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agak nyeleneh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lewis A. Coser: Membangun Solidaritas Melalui Konflik

28 September 2022   20:26 Diperbarui: 6 Oktober 2022   01:32 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemerintah RI secara resmi mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM pada Sabtu, 3 September 2022 pukul 14.30 WIB. Kenaikan harga dan pencabutan subsidi BBM berdampak secara langsung terhadap masyarakat ekonomi kelas bawah sampai kelas atas. Dampak yang dirasakan meresahkan masyarakat dengan berbagai respon. Dilansir dari tribunnews.com pada tanggal 3 September 2022, banyak masyarakat yang merasa keberatan dan mengeluhkan karena kenaikan harga BBM tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan dan UMR.(Haryadi, 2022) Mendapati respon dan keluhan yang dirasakan oleh masyarakat umum, membuat berbagai kelompok masyarakat seperti perserikatan buruh, organisasi mahasiswa, organisasi keagamaan, dan lain sebagainya menyuarakan pendapat. Kontra pendapat dari berbagai kelompok masyarakat tersebut terhadap keputusan pemerintah, menyebabkan adanya konflik antara kelompok masyarakat dan pemerintah. Konflik tersebut membangun solidaritas antar kelompok atau organisasi masyarakat tanpa memandang ideologi masing-masing kelompok karena memiliki pendapat yang sama soal kenaikan harga BBM.

Menurut saya, kasus diatas dapat dikaitkan dengan teori fungsional konflik milik Lewis Coser karena konflik mampu memunculkan suatu bentuk interaksi dan konsekuensi yang bersifat positif. Dalam sebuah kelompok (in-group) pada umumnya seluruh anggota diharuskan untuk membangun solidaritas antar anggota. Solidaritas dibangun melalui integrasi setiap anggota dalam kelompok. Selain solidaritas, tak jarang dalam sebuah kelompok mengalami konflik baik bersifat internal maupun eksternal. Konflik dalam sebuah kelompok dapat memperkuat maupun melemahkan solidaritas dalam kelompok. Jadi, kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM menimbulkan konflik antara pemerintah dan masyarakat sehingga kelompok masyarakat mampu membangun solidaritas karena sama-sama merasakan penderitaan akibat kenaikan harga BBM.

Saya mengenal teori fungsional konflik milik Lewis Coser dari buku yang berjudul Teori Sosiologi Klasik dan Modern karya Doyle Paul Johnson. Dalam buku ini dijelaskan bahwa konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, mampu membangun tekanan terhadap kekompakan, konformitas, dan komitmen dalam suatu kelompok.(Johnson, 1986) Dalam teori konflik, Coser membedakan konflik menjadi dua jenis yaitu konflik realistik dan non realistik. Konflik realistik merupakan konflik yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu yang bersifat nilai. Konflik ini biasanya terjadi akibat kekecewaan terhadap sistem yang ada. Sedangkan konflik non realistis dilakukan untuk meredakan ketegangan satu atau beberapa pihak. Konflik non realistis sering diungkapkan dengan istilah "mengkambinghitamkan". Teori konflik milik Coser sangat menekankan bahwasanya konflik adalah sesuatu yang sangat penting dalam mempertahankan keutuhan sebuah kelompok. Teori konflik milik Coser mampu memberikan sisi lain dari adanya sebuah konflik. Konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Akan tetapi sebaliknya, konflik yang terjadi mampu memberikan dampak positif yaitu terbentuknya solidaritas dalam sebuah kelompok. Namun dalam pendapat pribadi saya, terjadinya konflik tetap saja lebih banyak membawa disfungsi terhadap hubungan antar kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi konflik yang disebutkan Coser hanya memiliki sedikit pengaruh dibandingkan ketidakstabilan fungsi yang diakibatkan karena terjadinya konflik.

Lewis Alfred Coser atau lebih dikenal sebagai Lewis Coser merupakan sosiolog Jerman yang lahir pada tanggal 27 November 1913 di Berlin, Jerman dan meninggal pada tanggal 8 Juli 2003 di Cambridge, Massachusetts. Coser berasal dari keluarga Yahudi borjuis dan memiliki pengalaman dalam gerakan sosialis pada masa remaja. Coser terpaksa pindah ke Paris pada saat Hitler berkuasa dan mulai aktif dalam gerakan sosialis seperti organisasi Trotskyis yang disebut sebagai The Spark. Pada tahun 1948, Coser bekerja sebagai tenaga pengajar ilmu sosial di Universitas Chicago. Pada tahun 1956, Coser menerima gelar doktor setelah melanjutkan studinya di Universitas Columbia. Pada tahun 1951, ia diminta oleh Universitas Brandeis di Waltham, Massachusetts sebagai dosen lalu kemudian menjadi professor sosiologi. Hasil disertasi doktoralnya menghasilkan buku tentang fungsi konflik sosial diantaranya Partai Komunis Amerika: A Critical History (1957), Men of Ideas (1965), Continues in the Study of Sosial Conflict (1967), Master of Sosiological Thought (1971) dan beberapa karya lainnya.(Rofiah Khusniati, 2016)

Primaditya Rahmat Mahendra

21107020024

Teori Sosiologi Modern

REFERENSI:

Haryadi, M. (2022). Beragam Respons Warga Soal Naiknya Harga BBM: Bingung Hingga yang Keluhkan Pendapatan Tak Ikut Naik.

Johnson, D. P. (1986). Sociological Theory Classical Founders and Contemporary Perspective.

Rofiah Khusniati. (2016). Dinamika Relasi Muhammadiyah dan NU Dalam Perspektif Teori Konflik Fungsional Lewis A. Coser. KALAM, 10(2), 469--490.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun