Ki Hadjar Dewantara merupakan bapak Pendidikan Nasional Indonesia, semua orang terutama guru sudah paham tentang hal ini. Tetapi tidak semua guru mengerti tentang pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan, terutama bagaimana  mendidik siswa yang sebenarnya. Termasuk saya pun yang sudah menjadi guru, tidak mengerti tentang pemikiran beliau ini.Â
Beruntung saya berada dalam Pendidikan Guru Penggerak ini sebagai Calon Guru Penggerak, saya mendapat kesempatan untuk belajar mengenai pemikiran beliau.
Sungguh indah dan mengena sekali pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan. Berikut saya akan berbagi dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
1. Guru itu Menuntun
Mungkin banyak yang berpikir tugas seorang guru itu mengajar dan mendidik siswa untuk menjadi sesuatu yang dapat membanggakan orang tua dan bahkan bangsa.Â
Tapi ternyata bukan sekedar itu, jika hanya mengajar dan mendidik, ada kemungkinan guru itu akan menuntut anak melakukan sesuatu yang mungkin saja tidak dapat dilakukan oleh anak tersebut.Â
Ki Hadjar Dewantara mengatakan guru itu menuntun bukan menuntut. Artinya guru mengarahkan anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan mereka setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Guru menuntun siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka, bukan memaksakan apa yang tidak dapat mereka lakukan.
2. Guru itu Ibarat Seorang Petani
Ki Hadjar Dewantara mengatakan guru itu ibarat seorang petani yang menabur benih di lading, kemudian merawatnya dengan baik, menyiram dan memberikan pupuk. Tak dapat menuntut tumbuhnya tanaman itu seperti apa, melainkan menuntun tumbuhan itu untuk hidup dengan baik dengan merawatnya.Â
Benih jagung yang ditabur tak bisa diharapkan untuk tumbuh menjadi kacang, atau sebaliknya. Sama-sama benih jagung pun, pertumbuhannya berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat.Â
Nah, seperti itu pula guru, guru tak bisa menuntut anak untuk dapat jago matematika padahal dia memiliki bakat bahasa. Ada anak yang cepat menangkap pelajaran, tetapi ada juga yang lambat, hal ini juga dapat menyalahkan siswa, karena siswa memang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.Â