Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Hidup Harus Memilih

18 September 2018   05:44 Diperbarui: 18 September 2018   05:47 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata orang hidup itu pilihan dan memang kenyataannya seperti itu. Dua bulan ke belakang aku merasakan benar bahwa hidup itu memang harus memilih dan ketika memilih pasti ada hal yang harus dikorbankan. 

Kembali aku bercerita tentang PPG (pendidikan profesi guru). Ketika pertama kali aku tahu bahwa penempatanku di UPI Bandung, dalam hati ada rasa senang dan sedih. Senang aku lulus dan sedih karena tempatnya jauh, itu artinya aku harus meninggalkan keluarga. Hmm... Memilih, aku harus membuat pilihan, meskipun sebenarnya pilihan ini sudah pasti tak bisa ditawar lagi dan sudah pasti aku harus pergi ke Bandung,

 karena ini adalah kesempatan langka, walaupun aku harus mengorbankan hati untuk meninggalkan keluarga. Itu tadi yang aku bilang, pilihan akan membuat salah satu dikorbankan.

Ketika di Bandung, aku mulai membiasakan diri untuk terus menikmati jauh dari keluarga, rasa rindu yang semakin lama semakin memuncak

. Mengalihkan rindu dengan beragam aktivitas, mulai dari bercanda dengan teman kos, teman kuliah, mengerjakan tugas-tugas yang terus menumpuk, me time sederhana (biasanya nonton film di laptop disela-sela mengerjakan tugas), dan tentunya video call dengan Nadine.

 Di Bandung juga aku bisa merenungkan hidupku, bisa merefleksi diri dan menemukan makna hidup (aaahh...yang ini agak berat bahasanya, hehehe).

Di Bandung, aku berusaha untuk menikmati semuanya, sekali lagi semuanya, ketika mulai merasa tertekan, aku kembali bersyukur bisa ke tempat ini, meninggalkan sejenak hiruk pikuk kota Bandar Lampung.

 Di Bandung menemukan keluarga baru, baik di kos maupun di kampus. Karena persamaan nasib, yaitu sama-sama berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik tetapi harus meninggalkan keluarga. 

Memang terkadang terlintas pemikiran ini terlalu berat, aku sudah tak kuat menahan rindu yang semakin memuncak, ingin pulang dan mengakhiri semuanya. Tapi lagi-lagi, pemikiran "baik" muncul dan mengatakan jangan menyerah, kamu sudah berjuang sampai sini, lanjutkan sampai akhir.

Pilihan hidup terkadang memang sulit, apalagi pilihan yang sama-sama diinginkan atau pilihan yang sebenarnya dua-duanya tidak diinginkan. 

Tetapi tentu saja pilihan itu harus dipilih. Ketika menentukan pilihan, harus ada yang dikorbankan. Supaya tidak terlalu kecewa dan sakit hati karena telah mengorbankan pilihan lain maka terimalah resiko dari pilihan yang kita pilih.

 Seperti yang saya katakan di atas, pilihan pasti akan mengorbankan sesuatu. Aku meyakini bahwa pilihan-pilihan yang ada di dalam hidupku adalah cara Tuhan mengajarkanku untuk semakin bijak dalam mengambil keputusan memilih. Aku percaya, apa yang Tuhan lakukan untukku semuanya baik.

Pilihan dalam PPG tak hanya berhenti di situ, saat berlangsung juga ada pilihan untuk PPL (praktek pengalaman lapangan). 

Aku harus memilih salah satu sekolah yang ada di Bandung. Sebenarnya aku ingin di SMK, tetapi kenyataan mengatakan lain, aku ditempatkan di SMP. Awalnya aku marah pada diriku sendiri dan kecewa pada Tuhan. 

Tetapi ketika aku merenungkan dan mulai mereduksi emosi, aku mulai sadar bahwa aku harus menerima ini semua, karena inilah yang terbaik untukku. Ternyata sekolah itu lebih dekat dengan kampus dan kos-kosan, jadi tak perlu ongkos tinggi untuk ke sana. Itu artinya pengeluaran untuk PPL bisa ditekan.

Tak hanya berhenti di situ, kami dihadapkan lagi pada ujian-ujian nasional dan ujian ini penentu untuk kami. 

Laporan, proposal dan tugas lain semakin menyulitkan dan memusingkan. Tetapi kabar baiknya adalah ketika semua ini dilalui, itu artinya waktu terus berjalan dan aku bisa segera kembali ke rumah. Walau berat rasanya untuk mengerjakan tugas, karena harus menguras pemikiran yang mendalam, tapi harus segera dilewati supaya bisa segera pulang.

Aaahhh...bagiku ini adalah pengalaman hidup yang luar biasa. PPG bukan sekedar mengajarkan menjadi seorang guru yang profesional di bidang BK, tetapi juga membentuk kepribadian yang kuat. 

Yap, memang itulah tuntutan seorang guru profesional yaitu kemampuan pedagogik (mengajar dan mendidik), kepribadian dan profesional (sesuai dengan keilmuan yang diampu). Semoga ketika pulang nanti, aku dan keluarga baru, teman seperjuangan bisa menjadi guru yang profesional. Amiiiiinn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun