Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Butuh Konsistensi

23 April 2018   09:32 Diperbarui: 23 April 2018   10:34 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan yang baik bukan sekedar karena ditulis oleh siapa dan apa yang ditulis, tetapi juga karena adanya konsistensi di dalamnya. Tulisan yang baik merupakan hasil dari konsisten yang dilakukan. Konsisten atau keteraturan ini sangat dibutuhkan dalam menulis apalagi untuk penulis pemula seperti saya. Rasanya sudah lama saya tidak menulis dan sekarang terlihat kaku lagi.

Bulan kemarin saya cukup rajin, setiap hari pasti ada tulisan yang saya buat meskipun hanya sekedar curhatan atau apalah yang ada dipikiran saya, hasilnya? Justru semakin hari tulisan saya terlihat lebih enak dibaca karena pemilihan kata dan gaya bahasa yang sudah mulai teratur sehingga enak untuk dibaca. 

Memang benar, tulisan seperti memasak (saya sempat membaca artikel mengenai ini di Kompasiana juga), beliau mengatakan bahwa tulisan yang baik itu tulisan yang berasal dari pemikiran yang fresh atau pengalaman yang baru saja dilakukan atau dirasakan, karena jika disimpan terlalu lama maka hasilnya pun akan "tidak enak", Yap sama seperti makanan, ketika masakan yang dibuat dengan bahan-bahan yang fresh pasti rasanya lebih enak.

Aaahh... Saya sungguh menyesal telah bermalas-malasan untuk tidak menulis. Padahal menulis harusnya bukan sekedar hobi yang dilakukan saat waktu senggang, tetapi harusnya menulis diberi waktu khusus, toh sebenarnya menulis tidak membutuhkan waktu yang lama. Ini untuk  pengingat saya sih yang bercita-cita menjadi penulis profesional.

Tapi apalah daya kemalasan saya yang kemarin justru membuat saya terlena, tidak ada daya juang lagi untuk menulis. Hasilnya? Ya begini, tulisan alakadarnya. Entah apakah masih enak atau tidak dibaca. Kemarin-kemarin memang tulisan saya tidak pernah menjadi artikel pilihan. Jadi disitu saya patah semangat dan membuat malas untuk menulis. Tapi saya sekarang sadar, harusnya saya bukan semakin malas tapi justru lebih mengejar dan mencari tema yang lebih baik supaya bisa jadi artikel pilihan lagi.

Hari ini saya juga menyadari, bahwa tidak ada tulisan yang setor Minggu ini di komunitas ODOP (one day one post) yang saya ikuti. Rasa sesal itu menghantui pikiran saya, sebenarnya saya takut dikeluarkan dari grup ODOP karena tidak setoran tulisan Minggu ini. Padahal untuk masuk grup itu saya sudah berjuang keras.

Grup ini sebenarnya mengajarkan setiap anggotanya untuk konsisten menulis supaya kualitas tulisannya semakin hari semakin baik. Penulis juga harus rajin membaca tulisan orang untuk "mencuri" ilmu dari penulis lain. Selama ini, saya juga masih jadi jarang membaca tulisan orang lain, ya itu karena saya sok sibuk. Padahal menulis itu butuh konsistensi dan memang waktu menulis harus benar-benar disediakan.

Saya melihat teman-teman saya sudah jauh melangkah dan saya yang tadinya semangat melangkah, sekarang berhenti lagi dan berputar menikmati kemalasan ini. Saya hanya bisa gigit jari dan dalam hati merasa iri. Saya harusnya bisa melakukan yang terbaik sama seperti mereka, tapi karena rasa malas ini jadi saya tertinggal jauh.

Baiklah, saya tak boleh menyesal saja tapi saya harus bangkit kembali untuk menghasilkan tulisan-tulisan saya yang terbaik. Setiap hari harus menulis supaya kualitas tulisan semakin baik. Saya harus bangkit lagi mengejar mimpi sebagai penulis yang pada akhirnya akan membahagiakan keluarga. Jangan lagi ada kata malas, tak ada waktu, tak ada ide atau kalimat-kalimat negatif lainnya.

Belajar lagi dari orang lain dan langsung menuangkan ide-ide yang ada di kepala supaya tulisan tetap fresh jangan ada kata "nanti" lagi, tapi langsung dikerjakan. Kalimat "nanti saja, kan masih banyak waktu" harus diganti dengan "kalau bisa sekarang, kenapa harus nanti?". Semangat mengejar mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun