Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nak, Rindu Itu Berat, Biar Mama Saja yang Menahannya

17 Maret 2018   23:47 Diperbarui: 18 Maret 2018   06:52 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nadine si bocah umur 23 bulan yang makin menggemaskan. Setelah dua Minggu ini posesif dan seminggu terakhir posesif parah, sampai ke kamar mandi aja diikutin dan kalau nggak diturutin bisa nangis parah (memang sih biasanya begitu, tapi yang kemarin double parahnya). Walau di hati ada senengnya juga sih diposesifin anak. Ini mungkin karena Nadine merasa "tertipu" mamanya nggak pulang 2 malam karena harus kerja di Batam, makanya dia nggak mau sedetik pun ditinggal mamanya. 

Padahal sebelum berangkat kerja ke Batam, udah aku sounding lho supaya Nadine jadi anak yang baik dan nggak nangis kalau ditinggal aku. Jawabnya sih "iya" dengan anggukan mantap, tapi kenyataannya pas aku berangkat nangis "gerung-gerung" alias nyaris ngamuk. Yaah..dengan wajah sok manis dan hati sok tegar, aku bilang ke Nadine "nggak apa-apa ya, mama perginya cuma 2 hari kok", tapi ya Nadine tetap nangis. 

Akhirnya dengan segala kekuatan  dan ketegaran hati yang dipaksakan, aku minta ayah Nadine untuk terus jalan aja ninggalin Nadine sama utinya. Padahal sih di dalam hati ya nangis "gerung-gerung" juga kayak Nadine dan rasanya pengen balik peluk Nadine, melupakan tiket pesawat yang udah dibeli.

Itu di satu sisi hati yang melow, tapi kalau di satu sisi hati yang tegar ya bilang "udah nggak apa-apa, anggap aja ngajarin Nadine jadi anak mandiri dan bisa memahami keadaan orang tuanya. Lagipula sayang dong ganti tiket pesawat yang udah dipesan? Kerja aja belum masak udah keluar uang? Sayang booo.

Hmmm... rasa-rasa melow itu perlahan aku alihkan dengan mengobrol, melihat pemandangan sekitar, membaca, menulis dan bercanda sama teman. Bukan melupakan ya, tapi mengalihkan. Sialnya, saat pengalihan itu seringnya melihat anak-anak seumuran Nadine berseliweran di depan aku, aahh... Rasanya pengen pulang aja deh. Tapi kemudian hati yang tegar tadi bilang "sudah jangan sedih, maklumlah ini bandara jadi banyak anak kecil". 

Kembali lagi pengalihanku dan aku berusaha untuk terus fokus pada pekerjaan, bukan pada Nadine. Meskipun sebenarnya ini sulit. Konon katanya kalau si ibu kerja jangan mikirin anaknya di rumah, karena nanti si anak rewel. Ya udah deh, aku mencoba untuk nggak fokus mikirin Nadine. O ya, aku juga meninggalkan baju yang semalam aku pakai, nanti biar untuk jadi teman Nadine kalau tidur malam, katanya sih biar nggak rewel kalau malam.

Nah, kalau soal baju yang aku tinggal itu sih ternyata cuma mitos, karena si Nadine tetap aja rewel karena keingat aku. Memang Nadine rewelnya pas malam mau tidur, karena biasanya Nadine nenen dan aku kelonin. Tapi malam itu nggak ada aku, jadi pastilah dia bingung dan sedih. Sementara aku, sebenarnya aku rindu dan aku juga kehilangan Nadine, aku ingin peluk Nadine. Mungkin keinginanku ini yang membuat Nadine rewel. 

Aaahh... Ternyata aku pun nggak bisa jauh dari Nadine. Aku ingin menelpon atau video call dengan Nadine, tapi selalu momennya nggak pas. Pas aku bisa, Nadine lagi main atau tidur. Tapi sebelum aku berangkat sempat ada yang bilang untuk jangan menghubungi Nadine, nanti malah rewel. Jadilah aku cuma hubungi ayahnya, nanya aktivitas Nadine. Bagiku cukuplah untuk mengobati rindu.

Besoknya aku benar-benar fokus pada pekerjaan karena memang pekerjaanku kali ini membutuhkan konsentrasi dan menyita waktu. Hampir 24 jam aku mengerjakan tugas ini. Jadi pikiran tentang Nadine sedikit berkurang.

Akhirnya hari dimana aku pulang tiba, karena mau pulang, aku telpon si uti. Kebetulan Nadine lagi main, jadi aku ngobrol sama utinya. Kata uti, Nadine rewel tiap malam, malah kalau tengah malam ngajak keluar rumah. Kalau ditanya orang lain tentang mamanya, maka Nadine jadi sedih dan dia bakalan rewel lagi. Makannya biasa tetap baik, siang juga happy tapi ya itu malam yang masih belum baik. 

Nggak lama kemudian Nadine pulang dan dia ngomong sama aku ditelpon dengan nada yang ceria dan bahagia. Seolah memang dia baik-baik saja, dia nggak nangis dengar suara aku. Malah aku yang nangis dengar suara dia. Aaahh...ternyata yang nggak kuat menahan rindu itu aku, bukan Nadine. Karena udah nggak kuat, aku minta telponnya ditutup aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun