Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahasa Rindu dari Nadine

7 Maret 2018   10:03 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:03 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Pasca sakit beberapa hari yang lalu, Nadine jadi mulai sensitif, "galak", tapi juga sudah mulai ceria. Yang biasanya kalau ditanya "mamanya kemana?" Pasti dijawab "kerja", tapi kemarin mendengar pertanyaan ini dia jadi sedih dan nangis lama. 

Saat aku pulang kerja juga, Nadine maunya sama aku sampai mandi pun diikuti. Walaupun biasanya juga begitu, tapi kali ini sambil menangis. Maunya digendong sama aku, tidur diusap-usap punggungnya dan terus nenen. Kalau sudah tidur, terus aku tinggal pasti kebangun lagi. Ahh..jadi semakin posesif dia.

Aku berpikir, mungkin ini bahasa rindu yang ingin disampaikan padaku. Besok aku harus pergi ke luar kota dan menginap selama dua malam. Ini kali pertama aku meninggalkan Nadine sampai menginap. Dia tak pernah tidur tanpa aku. Mungkin Nadine merasa akan ditinggal dan dia tidak rela aku tinggal. Karena dia akan merasa rindu dan dia  belum kuat untuk merasakan rindu. Tapi sayang dia belum bisa mengatakan dengan kalimat dan mencegah aku untuk pergi, dia hanya menunjukkannya dengan perilaku. Mungkin kalau dia bisa mengatakan dengan kalimat, dia akan mengatakan "mama jangan pergi dong, nanti aku rindu".

Aaahh..Nadine, mama juga sebenarnya berat nak meninggalkanmu walau hanya 2 malam. Mama juga tidak akan kuat menahan rindu. Tapi nak, kita harus belajar tentang perpisahan ya, ini untuk kebaikan kita bersama. Mama meninggalkan Nadine bukan karena tak sayang. Biarkan mama mengajarkan tentang kedewasaan padamu, walaupun terlalu dini mama mengajarkannya. Tapi mama yakin, Nadine pasti mengerti. Kita sama-sama belajar ya nak. 

Rasa galau seperti aku, pasti dialami oleh ibu-ibu pekerja lainnya. Jangankan untuk pergi menginap sampai beberapa malam, pergi ke kantor yang hanya beberapa jam saja merupakan perjuangan yang berat karena harus berpisah dengan si buah hati untuk beberapa saat. Apalagi kalau hari pertama setelah cuti, pasti rasanya berat. Karena sudah terbiasa bersama, kali ini harus berpisah. Tapi inilah cerita working mom atau ibu yang bekerja di luar rumah. 

Temanku pernah bilang, kalau lagi di tempat kerja jangan ingat-ingat anak dan kalau di rumah jangan ingat-ingat pekerjaan, karena kalau hal ini dilanggar maka si anak akan rewel. Awalnya sih aku tidak percaya ya, tapi memang benar lho. Hari pertama aku masuk kerja setelah cuti melahirkan, saat kerja aku rindu pada Nadine dan aku ditelpon, katanya Nadine rewel. Besoknya aku coba untuk fokus kerja, meskipun tetap rindu namun aku coba untuk menahan dan aku fokus lagi ke pekerjaan sehingga pikiranku tak terpecah pada Nadine, aku dapat kabar dari ibuku kalau Nadine "aman-aman" saja. Hmmm.. naluri ibu dan anak, akhirnya aku merasakan ini juga. Yang tadinya aku tidak terlalu percaya, sekarang aku benar-benar merasakan.

Kembali lagi tentang kegalauan berpisah dengan anak. Kalau bisa memilih, aku sih lebih baik tidak pergi. Tapi ini adalah kewajiban dan tentunya aku harus lakukan dengan konsekuensi meninggalkan Nadine dan menahan rindu yang berat. 

Semingg sebelum pergi, setiap malam aku bicara pada Nadine saat akan tidur, atau istilahnya aku sounding Nadine dengan kalimat "hari Kamis mama kerjanya jauh dan nginep ya, nanti Nadine bobonya sama ayah. Yang pinter ya sayang". Harusnya ini dilakukan rutin, tapi aku tidak rutin. Karena kemarin Nadine sempat sakit. Sekarang mulai lagi aku sounding. Tapi tak dipungkiri, hatiku sakit. Sok kuat bisa menahan rindu yang sebenarnya aku tidak tahu bisa atau tidak . Tapi kembali lagi kepada pelajaran yang bisa diambil dari ini, aku dan Nadine bisa belajar menjadi lebih dewasa. Aku harus kuat di depan Nadine dan memberi contoh padanya berpisah sementara untuk kebaikan itu tak masalah. 

Dia juga harus belajar bahwa semua yang ada di dunia ini tak selamanya sesuai dengan yang diharapkan. Belajar untuk menerima setiap kenyataan yang ada dan mensyukuri semua yang diterima. Rasa sedih, tangis dan rindu dari perpisahan pasti akan ada. Tapi bagaimanapun harus disikapi dengan bijak. Jangan karena tidak mau rindu dan ini berat, lalu hal-hal yang harus dilakukan tidak jadi dilakukan. 

Ini adalah ungkapan persiapan rinduku untuk Nadine dan Nadine pun menyampaikan ungkapan rindunya dengan kemanjaannya padaku. Ya, bahasa rindu dari Nadine.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun