Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anakku yang Malang

2 Februari 2018   12:43 Diperbarui: 2 Februari 2018   12:56 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perutku terasa mulas, sepertinya aku akan melahirkan. Ah... sial, kenapa secepat ini, bukankah masih minggu depan harusnya bayi ini lahir. Aku tahan saja, anggap saja tidak terasa apa-apa karena pekerjaanku siang ini menumpuk. 

Aku kembali berkutat dengan file-file di komputer sambil meringis menahan sakit.

"Kamu kenapa Fi ?" tanya Tina teman kantorku. Rupanya dia daritadi memperhatikan aku.

"Tidak apa-apa kok Tin" jawabku berusaha santai. Aku tak mau dia tahu kalau aku mau melahirkan. Ya, di kantor ini tidak ada yang tahu kalau aku hamil. Aku pintar menyembunyikan perutku yang buncit dengan baju yang besar. Memang ada beberapa orang yang curiga karena badanku gendutan, tetapi aku masih bisa beralasan karena aku makan terlalu berat dan beruntungnya aku, si bayi ini tidak terlalu besar.

Aduuhh... kenapa rasa sakit ini semakin menjadi dan sepertinya aku ingin buang air besar. Baiklah aku ke kamar mandi sekarang. Aku mengambil gunting di laciku dan memasukkan ke dalam kantong baju. Aku berjalan ke kamar mandi, aku usahakan semuanya biasa saja. Tapi Tina sepertinya curiga padaku. Ah.. biarkan saja.

Ku buka pintu kamar mandi dan aku duduk di lantai. Aku mengingat kejadian saat aku berselingkuh dengan bosku yang sudah memiliki istri. Awalnya dia berjanji akan menikahiku tapi kenyataannya tidak. Dia malah pergi, pindah ke kantor cabang yang lain bersama istrinya. Aku yang masih gadis tentu tak ingin anak ini, maka segala obat aku minum untuk menggugurkannya. Tapi sialnya tak berhasil. Aaaahhh.... Aku tidak kuat menahan sakit ini, aku buka blazerku karena aku merasa gerah. Aku gigit bagian lengannya untuk menahan sakit dan agar tak bersuara. Aku rasakan si bayi dalam perutku mulai mencari jalan keluar. Aku mengerang kesakitan tapi kuusahakan tetap tidak bersuara. Tak lama aku rasakan ada yang keluar dari bagian bawah. Aaah... bayiku, bayiku sudah keluar. Cepat aku tarik dan aku ambil gunting untuk menggunting tali pusat. 

Bayiku menangis. Ingin rasanya aku tutup mulutnya supaya tidak berisik, tapi kenapa aku menjadi tidak tega dan kasian padanya. Kenapa aku menjadi sayang dengan bayi ini ? Ah.. tidak mungkin. Aku tutup mulutnya supaya dia berhenti menangis dan benar dia berhenti menangis. Aku tinggalkan sendiri, aku bersihkan darah yang ada di tubuhku. Ku kenakan blazerku dan aku berjalan tertatih kembali ke tempat kerjaku untuk kembali mengerjakan tugas-tugasku. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun