Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sehari Usai Kau Pergi

25 Mei 2015   01:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sehari usai kau pergi. Kata-kataku mendadak lemas tak mampu lagi meracik bait-bait puisi. Ia sekarat, tapi tak mati. Kubiarkan ia berserak di sudut-sudut almari.

Ada juga yang mengunci diri di ruang pengap dan sempitnya laci. Bahkan ada  juga yang linglung terpasung di ketiak mendung. Kubiarkan semua begitu, sampai entah kapan aku tak tahu. Tak pernah tahu.

Lalu apa salahku? Bukankah kata dan aksara tak bernyawa? Jadi biarkan saja ia berkarib dengan Ngengat, Kutu Busuk dan Kecoa. Meskipun lama-lama ia bisa gila ! Seperti kita.

Jika pada akhirnya kamu kembali, seperti hari kemarin dan kemarinya lagi. Seperti biasa, kubiarkan tangismu pecah sisakan basah di ujung bahuku. Kau pun menyambut dekapku begitu saja sepenuh raga, meski kutahu tak lagi segenap rasa. Itulah kita. Kita yang tak lagi bertanya kenapa dan untuk apa.

Sehari usai kau pergi, kata-kataku tak ladi berjeda hingga tak kutemu makna disana. Isyarat rasaku padamu lumpuh seketika !  Semesta gugus waktu redup, tak kuasa menghimpun serangkum nafas untuk kuhirup.


Kebumen, 25 Mei 2015 (sp)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun