Mohon tunggu...
Priatini
Priatini Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Pribumi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penjelasan Singkat dan Review Film "1 BR" Paradoks Solidaritas Komunitas Menjadi Sebuah "Less of Person"

17 Maret 2021   13:42 Diperbarui: 17 Maret 2021   13:48 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sutradara yang sekaligus penulis film "1 BR" ini bernama David Marmor. Film bergenre horror-thriller ini rilis pertama kali pada 19 Juli 2019 di FanTasia dan 24 April 2020 di Amerika Serikat. Bercerita tentang seorang gadis bernama Sarah yang baru saja menjadi penghuni baru sebuah apartemen. Para penghuni apartemen ini terlihat cukup ramah dengan tata kelakuan mereka dalam menyambut sarah sebagai penghuni baru apartemen tersebut.

Kepindahan Sarah ini tak terelakkan dari konflik internal keluarganya, ia tidak berhubungan baik dengan ayahnya dan ingin memulai kehidupan baru dengan pilihannya sendiri. Saat sudah menjadi penghuni apartemen itu, Sarah mulai dikenalkan dengan penghuni lain dan mereka mempunyai interaksi yang cukup baik disini. Hingga tiba-tiba Sarah didatangi seorang laki-laki berkacamata dan memberinya sebuah buku berjudul "The Power of Community" namun sarah mengabaikan hal tersebut.

Sarah mempunyai gangguan tidur dan saat malam itu juga ia mulai merasakan hal aneh di apartemen itu karena terdengar suara bising dan mengganggu sehingga ia kesulitan tidur. Sarah mendapat teror ancaman karena ia membawa hewan peliharaan ke apartemen tersebut yang ternyata hal itu melanggar aturan disana. Sebenarnya diawal cerita Sarah sudah mengerti aturan itu namun ia tetap diam-diam membawa kucing peliharaannya.

Hingga akhirnya teror itu berakhir dengan penangkapan Sarah oleh penghuni apartemen. Sarah disuruh patuh pada peraturan oleh penanggung jawab apartemen itu, ia disiksa didalam sebuah ruangan dengan banyak gangguan. Hingga akhirnya ia dapat melewati siksaan itu dengan luka di telapak tangan dan juga mentalnya. Selepas dari siksaan itu, Sarah kembali diperlakukan dengan baik oleh penghuni apartemen dengan ketentuan Sarah harus mengikuti aturan komunitas/sekte disana yang berkedok apartemen. Dapat dikatakan ia terjebak dalam paksaan menjadi anggota komunitas itu.

Komunitas yang ada diapartemen itu mempunyai anggota seluruh penghuni apartemen. Komunitas ini dicetuskan oleh laki-laki bernama Charles yang bermaksud ingin menciptakan komunitas yang didalamnya terjalin jiwa sosial yang baik, mengutamakan kepentingan bersama untuk meninggalkan kehidupan manusia yang egois di era serba teknologi saat ini. Sarah kemudian mendapat peran dalam komunitas itu sebagai penjaga CCTV.

Lambat laun, akhirnya Sarah resmi menjadi anggota komunitas itu dan di cap stempel dengan besi panas di badannya. Ia juga dijodohkan dengan laki-laki berkacamata yang diawal ia temui. Ketentuan komunitas ini adalah saat ada anggota komunitas yang meninggal maka komunitas itu akan merekrut anggota baru yang berkedok membuka kesempatan untuk orang yang sedang mencari apartemen.

Hingga akhirnya Sarah menyadari komunitas ini tidak sebaik niat untuk menciptakan komunitas dimana didalamnya terdapat jiwa sosial yang baik karena menyisipkan sebuah paksaan dan tindak kejahatan dalam merekrut anggota baru. Ia merasa masih perlu menjadi dirinya sendiri, kehidupannya adalah bagaimana yang ia pilih bukan dari ikatan komunitas yang mempunyai aturan seperti membunuh anggota komunitas yang dirasa sudah tidak mempunyai kontribusi.

Review untuk film ini dapat dikaji melalui pandangan sosiologi dari teori Emile Durkheim tentang keteraturan sosial Dimana cara membentuk keteraturan sosial ini melalui peningkatan integrasi dan solidaritas sosial. Yang menjadi masalah di film ini adalah pembentukan komunitas yang berusaha untuk menciptakan keteraturan sosial dilandaskan atas obsesi dan paksaan, tidak transparan.

Aturan-aturan yang ada di dalam komunitas itu juga dalam pandangan Durkheim disebut sebagai norma sosial dan hukum. Menurut Durkheim bilamana ada suatu bentuk kehidupan sosial yang stabil, aturan-aturan moral akhrnya dimodifikasi dalam bentuk undang-undang.(Ruman,2009 :112) Namun dalam komunitas yang ada di apartemen itu aturan yang dibuat cenderung karena obsesi dan subjektifitas pihak tertentu, dan mengesampingkan humanisme dalam memperlakukan anggotanya.

Hal tersebut menjadi paradoks dari sebuah solidaritas komunitas yang digadang-gadang menjalin jiwa sosial yang baik antar anggota namun melahirkan less of person yang menandakan terjadinya keterkaitan struktur dalam mempengaruhi kehidupan anggota komunitas. Struktur disini adalah pihak yang merasa memilki kuasa dalam mengatur jalannya misi pembentukan komunitas tersebut. Solidaritas komunitas ini mencoba mengarah pada pembentukan solidaritas mekanik yang setiap anggotanya mempunyai rasa kebersamaan yang kekal namun dengan cara yang salah yaitu melalui pemaksaan dan penganiayaan yang mengesampingkan nilai kemanusiaan sebagaimana nilai mutlak seorang manusia sejak dilahirkan.

Terdapat satu scene dimana diperlihatkan sekelompok anak-anak yang sedang dijelaskan mengenai nilai dan norma serta penjelasan dari berdirinya komunitas itu. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana terjadi suatu primordialisme dimana ada proses internalisasi pada individu sejak kecil dan kemudian akhirnya menjiwai diri individu tersebut. Sehingga tak dapat dipungkiri keberadaan komunitas itu akan selalu ada karena dari primordialisme itu akan menjadikan anggotanya mempertahankan keutuhan kelompok/komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun