Mohon tunggu...
Pretty Luci Lumbanraja
Pretty Luci Lumbanraja Mohon Tunggu... Dosen - Your young lecturer and an amateur writing

Do, Calm, and Pray

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Gizi untuk Anak Gizi Buruk

25 Februari 2019   19:30 Diperbarui: 25 Februari 2019   20:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bulan lalu, tanggal 25 Januari 2019, kita telah memperingati hari Gizi Nasional. Sayangnya hari itu, kita justru memperingati gizi buruk yang terjadi pada anak-anak di Indonesia. Hal ini merupakan PR buat Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan permasalahan gizinya. 

Meskipun Dinas Kesehatan (Dinkes) di berbagai daerah sudah melakukan edukasi dan penyuluhan kepada keluarga-keluarga dimana fokus penyuluhan bagaimana pemberian gizi yang tepat bagi anak. Ternyata tidaklah cukup.

Persepsi masyarakat akan perbaikan gizi kepada anak tidak sepenuhnya dipahami. Anak yang gemuk sudah pasti sehat, anak yang kurus sudah pasti tidak sehat. Belum tentu. Waspada jika anak-anak memiliki tanda-tanda gemuk pada usia 0-2 tahun. 

Bisa jadi gejala obesitas. Obesitas berarti kelebihan gizi, jika kelebihan gizi sungguh tidak baik pada kesehatan anak. Anak dapat mengalaminya  sebelum beranjak dewasa. 

Berbagai macam penyakit yang disebabkan obesitas adalah kolesterol dan tekanan darah tinggi, kerusakan pada organ tubuh, seperti liver rusak, juga paru-paru. Meskipun 10% itu disebabkan oleh faktor genetik, masih bisa dapat dihindari. Begitu juga anak yang terlalu kurus bisa jadi kekurangan gizi, pendek, bahkan bisa berakibat stunting. Dilihat dari kasus stunting yang terjadi menjadi sorot pemerintah beberapa tahun belakang ini.

Stunting adalah perwujudan dari kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak anak dalam kandungan hingga pada usia 2 tahun. Akibatnya anak tersebut terlalu pendek untuk seusianya. 

Stunting itu sendiri akan berdampak pada tingkat kecerdasan anak yang mengalami penurunan. Sehingga perlu bagi orangtua untuk membawa anak-anaknya ke Posyandu dan Puskesmas untuk mengetahui status gizi anak. 

Di kota Medan sendiri, Dinkes mencatat ada 85 kasus balita mengalami gizi buruk di 21 kecamatan di kota Medan selama tahun 2018. Daerah Medan Sunggal dan Medan Tembung-lah dengan kasus yang paling banyak.

Faktor-faktor gizi buruk

Pepatah mengatakan, "Lebih mencegah daripada mengobati". Banyak akibatnya jika anak sudah dalam kategori gizi buruk. Menurut Children's Defense Fund, anak-anak yang kekurangan gizi sangat beresiko pada kesehatan psikologisnya baik itu mental maupun emosionalnya. Seperti kecemasan yang tinggi, ketidakmampuan dalam belajar dan berpikir, ketidakmampuan dalam adaptasinya. 

Menurut National Health and Nutrition Examination, anak-anak yang mengalami gizi buruk, akan mudah lemas, lesu, gangguan dalam hiperaktif, tingkat IQ rendah. Selain itu, beresiko terhadap penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya yang tidak kuat disebabkan nutrisi dan asupa yang rendah. Pertumbuhan anak juga tidak seimbang (pendek).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun