Mohon tunggu...
Ticklas Babua Hodja
Ticklas Babua Hodja Mohon Tunggu... Konsultan - Petani/Buruh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Life is choise

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Cantik Manis dan Si Buah Hati | Perjuangan Melawan Stigma

9 Juni 2021   17:24 Diperbarui: 10 Juni 2021   12:34 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

/1/. Menanggung Luka dan Stigma.

"Perjalananku bukanlah perjalananmu, dan perjalananmu bukan bagian dari perjalananku. Namun, luka pada satu perempuan, adalah luka yang harus dirasakan oleh setiap laki-laki dan masyarakat". Kalimat pembuka tentang luka merupakan tamparan keras terhadap orang-orang atau laki-laki yang sering melayangkan kalimat negatif terhadap sosok perempuan dan si buah hati tanpa ayah. Pengetahuan kerdil tentang gender hanya akan menambah stigma negatif dan sangat membebani perempuan yang sedang berjuang itu. Terkadang, paras cantik hanya dijadikan sebagai objek untuk memenuhi hasrat cabulnya. Disinilah letak perkaranya.

Cantik. Kalimat penyihir ini sangatlah menggoda di mata laki-laki cabul dalam mengutarakan hasrat seksualnya. Tak jarang, ketika setelah segala urusan tubuhnya selesai, maka itu di anggap hal yang biasa-biasa saja. Bahkan dibangga-banggakan soal puncak yang berhasil ditaklukkan nya. Seringkali, secara tak sadar laki-laki melahirkan suatu percakapan yang secara langsung memposisikan perempuan pada stigma negatif. Setelah di eksploitasi tubuh perempuan, para patriarkis mencoba menggiring opini seakan-akan perempuanlah yang tidak mampu dalam menjaga hak kesuciannya. Bahkan setelah perempuan meninggal pun, perempuan masih saja tetap menanggung beban stigmanya.

Diluar sana, perempuan hebat yang sedang melawan stigmatisasi dan eksploitasi, digusur habis pemikirannya lewat doktrinasi liar dari tahun ke tahun bahkan sepanjang waktu terhadap sesama yang menganut pemahaman patriarki. Stereotipe terhadap tubuh perempuan menjadi kaca mata masyarakat patriarki secara umum untuk menjadikan tubuh perempuan sebagai tempat pembuangan sampah dan lumbung anak sebanyak-banyaknya. Kamuflase rumit ini semakin gaduh dengan adanya pemahaman ibuisme ini.

Penetrasi konsepsi seks menjadi hal yang tabuh di atas tubuh perempuan. Perkataan-perkataan liar semakin melekat dan bahkan menjadi mimpi buruk dalam kehidupan sosial sebagai seorang perempuan. Wacana yang dibangun oleh kaum-kaum patriarki selalu menerbitkan beliung yang secara perlahan menusuk sukma para perempuan. Konsekuensi yang ditanggung perempuan merupakan distorsi dari kemunafikan kebanyakan orang yang mengadopsi pemahaman patriarki. 

"Semakin banyak perempuan cantik, maka semakin banyak pula eksploitasi atas tubuh yang berujung stigma". Biasanya peristiwa ini berawal dari rekayasa romantika dialektika yang konon katanya adalah proses dalam mengutarakan pemikiran dan perasaan. 

Bisa dikatakan, kebohongan atas kebohongan. Beban moral yang ditanggung perempuan dapat menimbulkan pesimis dalam menjalani kehidupan dan karirnya. Bahkan tak jarang kita temui, para perempuan hebat memilih jalan kematian untuk mengakhiri stigma yang diterima nya.

/2/. Menjadikan Perempuan Sebagai Ajang Gaya-gayaan atas Perilakau Cabul Para Laki-laki.

Perjalanan eksekutif para penjelajah tubuh perempuan dalam urusan menambah bahan pembicaraan dalam kelompok-kelompok diskusi liar semakin menambah motivasi untuk tetap menjadi penjajah tubuh atau menjadi seorang pedofil. Pengalaman jahanam yang diutarakan dalam perdiskusian untuk menambah korban seks sengaja dijadikan hal yang lumrah untuk dibicarakan. 

Bahkan bahasa yang sering mendominasi pembicaraan adalah, "sudah berapa perawan yang telah dicicipi". Kesalahan pertama adalah pemahaman perawan, sementara perawan dalam kajian seksualitas dan gender hanyalah mitos belaka. Kesalahan kedua ialah, ketika pelaku menjadikan pernyataan ini sebagai acuan bahwa pelaku telah berhasil membuktikan bahwa dia tuntas sebagai laki-laki sejati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun