Mohon tunggu...
Prayudi Newoto
Prayudi Newoto Mohon Tunggu... Administrasi - Senior Consultant

Business and Management Strategist. Senior Consultant at Organization Transformation International (OTI)

Selanjutnya

Tutup

Money

Digital Transformation adalah Masalah "Survival of the Fittest"

4 November 2017   11:27 Diperbarui: 4 November 2017   12:49 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore ini saya kembali berkesempatan ngobrol-ngobrol santai dengan seorang C-level executive dari perusahaan multinasional yang menjadi klien saya. Kebetulan dia baru saja meninjau persiapan rapat kerja tahunan yang menjelang. Di hadapan kopi sorenya yang encer dengan pemanis buatan, dia memulai perbincangan, "Yud, lu tahu, kan... ekspektasi pelanggan benar-benar menyeret perusahaan ke arah digital transformation. Adopsi digital transformation sekarang bukan lagi pilihan, tapi sudah jadi masalah hidup-mati. Either lu transform, atau lu mati... That simple. Tapi lu juga tahu, kan... Lu lihat sendiri di sini, di mana-mana... binis-bisnis besar... infrastrukturnya warisan lama, kulturnya apalagi. Habis kita kalau nggak pintar-pintar!"

Saya terhenyak, merebahkan punggung ke sofa sambil melirik cangkir kopi saya yang sudah kosong sejak sepuluh menit lalu. Kata-katanya itu mirip sekali dengan kata-kata saya kepadanya yang saya sampaikan sejak lama. Alhamdulillaah... enlightenment moment itu pun akhirnya datang juga. Ya, digital transformation adalah masalah hidup-mati bagi banyak perusahaan. Survival of the Fittest. Dan selain lontaran kata-kata yang mirip itu, sebenarnya ada sejumlah hal lain yang saya telah sampaikan kepadanya dulu, di antaranya:

1. Digital transformation memungkinkan perusahaannya memperoleh banyak insightdan juga foresightyang diperlukan untuk meningkatkan kualitas keputusan-keputusan manajemen termasuk inisiatif-inisiatif marketing.

2. Digital transformation mampu merampingkan workflow dan operasional bisnisnya. Digital transformation memudahkan kolaborasi antar-departemen, juga melancarkan komunikasi di antara para pegawai serta keseluruhan rantai pasokan (supply chain). Contoh praktisnya, di level operasional perusahaan jadi bisa memprediksi tingkat salesdan incomesecara jauh lebih akurat. Dampaknya: perusahaan menjadi jauh lebih mampu untuk membuat perencanaan bagi pertumbuhan di masa depan.

3. Dengan digital transformation, perusahaan bisa mempercepat proses pengembangan produk/jasa barunya. Digital transformation memungkinkan perusahaan "berlari" menyamai kecepatan pasar serta evolusi teknologi dan pesaing. Tanpa digital transformation, siap-siap saja selalu ketinggalan di belakang. Implementasi sistem dan teknologi mutakhir niscaya membantu perusahaan dalam melakukan riset pasar, proses produksi, sampai inisiatif komunikasinya ke pasar.

4. Dengan mengadopsi digital transformation, perusahaan bisa meningkatkan efektivitas serta efiiensi proses akuisisi dan retensi pelanggan. Dan jangan lupa, jangkauan perusahaan pun meluas, menjadi global alias seluruh dunia.

Demikianlah. Saya pun kembali melirik cangkir saya yang agaknya perlu diisi ulang, karena lawan bicara saya tampaknya sangat bersemangat melanjutkan pembicaraannya.

Penulis adalah Senior Consultant di Organization Transformation International (OTI). Email: prayudi@otiinternational.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun