Mohon tunggu...
Prayogi R Saputra
Prayogi R Saputra Mohon Tunggu... Dosen - I am Nothing

I am nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cak Nun, Maiyah, dan Keseimbangan Wacana Politik Kekuasaan di Indonesia

27 Desember 2018   21:04 Diperbarui: 27 Desember 2018   21:22 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu, Suharto sedang berada di puncak konsolidasi kekuasaannya. Seluruh lembaga tinggi negara, bahkan lembaga tertinggi negara, berada di bawah kontrol kekuasaan Soeharto. Tak ada satu orang pun yang berani melawan penguasa Orde Baru tersebut.

Kala itu, Soeharto sudah menjelma menjadi Raja Diraja. Akan tetapi, kekuasaan yang hampir mutlak itu seolah menjadi tidak efektif di pengajian Padhangmbulan.

Di zaman Orde baru, semua aktivitas mengumpulkan orang, bahkan walaupun cuma belasan, wajib mendapatkan izin dari kepolisian dan penguasa militer setempat dengan proses yang tidak mudah. Jika ada indikasi akan ada kritik pada kegiatan yang diselenggarakan, secara otomatis kegiatan tidak akan diberi izin dan pasti tak dapat berlangsung.

Namun, Padhangmbulan yang dihadiri puluhan ribu orang itu berjalan tanpa pernah mengurus izin yang rumit, dan hampir senantiasa merupakan pendidikan politik terbuka di panggung bebas. Sesuatu yang tabu pada masa itu.

Secara normal, Padhangmbulan adalah hal yang mustahil dilakukan. Akan tetapi, pengajian Padhangmbulan terjadi. Dan berlangsung terus hingga hari ini.

Di sisi lain, ketika kedudukan Suharto mulai goyah, maka Cak Nun justru yang dipercaya oleh Pak Harto untuk menemani beliau turun dari "tahta". 

Sebuah peristiwa yang indah di mana oposan tulen yang menjadi "lawan" sepanjang Suharto berkuasa, justru menjadi orang yang menemani sang Presiden di saat-saat terakhir kekuasaannya. Bahkan ketika Soeharto sudah mulai ditinggalkan oleh orang-orang yang dia besarkan.

Dalam dunia irigasi, Padhangmbulan bisa diibaratkan menjadi semacam sudetan, ketika air di bendungan nyaris meluap dan jalur keluar semua buntu, maka Padhangmbulan menjadi lorong yang bisa dilalui air sehingga potensi jebolnya bendungan bisa--minimal--dicegah.

Padhangmbulan menjadi oase di tengah cuaca kehidupan politik Orde Baru yang pengap menekan. Sehingga, potensi luapan berupa ledakan kerusuhan atau pemberontakan akibat frustasi berkepanjangan bisa terhindarkan.

Maiyah--sebagai produk metamorfosis dari Padhangmbulan--menurut hemat penulis, secara algoritma memang di-"develop" sebagai lautan yang memiliki karakter menampung, mencegah benturan, menghindarkan api berkobar, sekaligus melakukan dekonstruksi atas lanskap pemikiran dan implementasi ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang telah mapan untuk secara dinamis terus menerus mencari ekuilibrium baru. (3/3)*

Sumber: https://www.caknun.com/2018/cak-nun-maiyah-dan-keseimbangan-wacana-politik-kekuasaan-indonesia/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun