Kematian menjemputnya tatkala tercapainya perdamaian dan berakhirnya perbudakan di Amerika.
Dikatakanya bahwa setiap orang memiliki ambisi pribadi yang khas. Entah benar atau tidak, "Saya dapat berkata, saya tidak memiliki ambisi sebesar menjadi benar-benar dihargai kawan-kawan saya, dengan menjadikan diri saya pantas dengan penghargaan tersebut", katanya.
"Hampir semua pria memang mampu bertahan menghadapi kesulitan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan," ujar Abraham.
Secara teori, karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Kekuasaan bisa membuat mereka lupa bila tidak hati-hati dan waspada.
Kini di negara kita, Indonesia tercinta, mereka yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan, terutama jabatan yang diberi presiden, mengacu teori Lincoln, sebenarnya mereka sedang diuji karakter sejatinya.
Tidak butuh waktu lama, bisa cukup singkat ngukurnya. Siapa yang ada disekitarnya? Apa yang diperbuat demi negaranya? Percaya dirikah dia? Apakah organisasi ysng dipimpinnya semakin baik atau justru ambaradul oleh dirinya stau punakawan yang dia "cangking"? Seberapa besar loyalitas kepada pimpinan nasional, bangsa dan negara.
Selain soal ujian karakter tadi yang menarik, menurut falsafah Jawa ada juga istilah petruk jadi ratu. Karena dia tadinya bukan apa-apa, begitu berkuasa watak aslinya muncul.
Pada intinya, manusia umumnya tidak pernah puas, ini titik rawan yang paling berbahaya.
Kesimpulannya, benarkah dan akan terbuktikah kata-kata Abraham Lincoln?
Kita lihat kondisi menuju ke 2024, jelas permasalahan ambisi yang liar, salah ukur bisa melibatkan para pejabat menjadikan dirinya semakin complicated.
Semoga betmanfaat serta memohon semoga Allah melindungi Bangsa dan negara Indonesia dengan barokah-Nya, Amin.
Pray Old Soldier (Marsda TNI Purn)
Jakarta, 24 Januari 2022