Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Haru-biru Penyelamatan Letjen Sutopo Juwono di Ambon

24 Juli 2020   14:46 Diperbarui: 24 Juli 2020   14:57 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pasca-kerusuhan di Ambon. (Foto: KOMPAS/Yunas Santhani Azis)

Ketika menjadi Kabakin, Pak Sutopo mencatat sejumlah sukses, di antaranya membongkar penyamaran chief intelijen militer Soviet yang masuk ke Indonesia. Kariernya di Bakin berakhir bersamaan dengan meletusnya peristiwa Malari. Beliau menjabat sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional dari tahun 1978 sampai 1983.

Operasi Penyelamatan

Tanggal dan bulan tepatnya sudah lupa, di awal tahun 1981, siang itu Letjen Sutopo Juwono, Gubernur Lemhannas beserta rombongan akan kembali ke Jakarta setelah berkunjung ke provinsi Maluku. 

Beliau beserta rombongan menunggu di VIP Room Bandara. Sesuai protap Pray beserta anggota intel melakukan tindakan pengamanan, kordinasi dengan Bandara dan Garuda. Beliau diantar para pejabat dari Kodam, Kodaeral, Polda dan Gubernur Maluku. Pray berada disisi pintu untuk persiapan boarding.

Mendadak pak Sutopo yang mencoba makan buah gandaria Ambon, buahnya sebesar bola golf warnanya kuning, rasanya seperti mangga, nampaknya tersedak biji gandaria. 

Beliau terligat sulit bernafas, tersengal- sengal, matanya merah dan terbelalak. Semua pejabat tertegun dan tidak ada yang membantu menolong, saat itu kebetulan di Lanud sedang tidak ada dokter.

Secara instink, Pray mendekati beliau, membuka baju dan kaus dalamnya agar lebih bebas bernafas. Pray membantu mengangkat kedua tangannya keatas dan menuntun kebawah agar dapat bernafas. 

Upaya tidak juga sukses, rupanya biji gandaria sebesar jempol tangan tersangkut di kerongkongan. Wah, dari teori emergency, Pray menahan badannya agak membungkuk dan dengan telapak tangan memukul di punggungnya, dibawah tulang leher dengan sedikit pukulan kejut. Dua kali dikerjakan biji itu akhirnya terlepas dari kerongkongan.

Tapi, persoalaan baru muncul, nafas beliau tetap berat, tercekik seperti asma. Pray coba membantu mengurut dada, masih tetap sulit bernafas, kekurangan oxygen seperti orang akan tenggelam. 

Langsung Pray memerintahkan anggota mengambil/meminjam botol oxygen emergency pilot Garuda. Awalnya pilot keberatan, "Ambil" Pray memaksa, Captain pilot mengalah. Setelah diberi oxygen, nafas pak Sutopo agak tertolong, karena kalau kurang Oxygen bisa pingsan dan bahkan mungkin stroke.

Pilot mengatakan, kalau oxygen di bawah batas normal, sesuai SOP pesawat tdk boleh terbang, terpaksa Pray setel secukupnya, yang penting paru-paru beliau cukup diberi bantuan asupan oxygen. Alhamdulillah, setelah 20 menit berjuang, bantuan dokter yang dipangggil dari RS Kodam dan Kodaeral tiba (jarak Kota Ambon ke Bandara 42 km), Alhamdulillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun