Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kerja Apik TNI, BIN, dan Kemlu Berhasil Bebaskan M. Farhan dari Sanderaan Abu Sayyaf

17 Januari 2020   23:50 Diperbarui: 17 Januari 2020   23:56 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bertemu dengan Mahfud MD. (Sumber: @Puspen_TNI / Twitter)

Upaya pembebasan satu orang WNI, Muhammad Farhan, yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan berhasil dilaksanakan dengan aman. Ops Basra (Operasi Pembebasan Sandera) dilakukan gabungan antara Kemlu-RI, TNI dan BIN.

Tim TNI bekerja sama dengan ISAFP (Intelligence Service of the Armed Forces of the Phillipines) di wilayah kekuasaan Abu Sayyaf. Kemlu RI memberikan dukungan diplomasi, sementara back-up lainnya dari Badan Intelijen Negara (BIN).

M. Farhan adalah sandera yang tertinggal saat dilakukan pembebasan tiga sandera tanggal 22 Desember 2019 dalam operasi militer yang dilakukan militer Filipina. Farhan terpisah dari rombongan prajurit saat pembebasan. Dalam kontak tembak, seorang prajurit Filipina gugur, dari pihak Abu Sayyaf satu tewas.

Ketiga nelayan (Samiun Maneu, Maharuddin Lunani dan Muhamad Farhan) diculik kelompok Abu Sayyaf sejak 24 September 2019 ketika sedang mencari ikan di perairan Tambisan, Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia, yang berdekatan dengan Filipina Selatan. 

Mereka berasal dari Baubau dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, saat diculik sedang bekerja di kapal milik perusahaan Malaysia. Pihak Abu Sayyaf menuntut uang tebusan 30 juta Peso (sekitar Rp 8 miliar).

Langkah Pemerintah Indonesia dalam Upaya Pembebasan

Sejak penyanderaan tiga WNI nelayan, Menlu Retno Marsudi mengatakan bertemu dengan Menhan Filipina saat KTT ASEAN dan Korsel, meminta bantuan pembebasan tiga WNI yang disandera Abu Sayyaf. Menurut Menlu, Presiden Jokowi juga telah bertemu Presiden Filipina Rodrigo Duterte, meminta otoritas Filipina lebih intensif mengupayakan pembebasan tiga WNI tersebut.

Menko Polhukam, Mahfud MD, Selasa (17/12/2019) di kantor Kemenko Polhukam memimpin rakor terbatas tingkat Menteri untuk pembebasan tiga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf.

Seusai rakor, Mahfud menegaskan, "Kami akan melanjutkan langkah yang sudah diambil, selama ini untuk tetap berusaha membebaskan tersandera tanpa korban jiwa dan tanpa menodai kedaulatan negara kita maupun negara-negara yang bersangkutan."

Lebih lanjut Mahfud menjelaskan, "Komunikasi jalan, diplomasi antar kementerian luar negeri dengan Filipina jalan, Presiden dengan Presiden ada juga pernah menyinggung itu. Ada juga masalah penataan laut nelayan sebagian juga sudah dianalisis dan sebagainya. 

Macam-macamlah, pokoknya semua sudah kita lakukan seperti layaknya sebuah negara yang mempunyai kewajiban melindungi warganya," kata Mahfud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun