Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jangan Main-main dengan Indonesia Flag Air Carrier

7 Desember 2019   14:11 Diperbarui: 8 Desember 2019   00:58 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat terbaru Garuda Indonesia A330-900 NEO saat peluncuran di hanggar 2 GMF Aero Asia, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (27/11/2019). (Foto: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Tadi malam Pray saat rapat memakai baju yang ada tulisan Harley Davidson, terus ada yang tanya soal penyelundupan onderdil HD Shovelhead lewat pesawat Garuda.

Agak heran juga Dirut Garuda (I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Ashkara) kok nekat "nyangking" HD dan dua sepeda Brompton dalam pesawat baru Garuda!

Dirut pasti paham prosedur pabean. Memang cukup menarik (tapi kecil artinya bagi seorang Dirut, maybe?), HD thlahun 70an, kabarnya sekitar 800 juta dan dua sepeda Brompton harganya perbuah antara 50-149 juta.

Peribahasanya, "nasi sudah jadi bubur", kasus dinilai Bea dan Cukai sebagai penyelundupan. Menurut Pakde Wongso, pejabat itu harusnya hati-hati menjaga nama dan amanah yang diemban. 

Mereka yang bekerja di Garuda mestinya ngerti bahwa Garuda itu adalah Indonesia Flag Air Carrier, perusahaan penerbangan yang membawa simbol negara.

Tidak boleh main-main sedikitpun dengan urusan Garuda, ada resiko tertentu yg mengait dengan citra Indonesia. Terlebih, ini pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Direktur Utama.

Dia dinilai menyelundupkan onderdil (pretelan) motor HD dan sepeda. Itu urusan hukum ybs dengan hukum kepabeanan. Tapi yang menjadj prinsip dan crusial, itu tersebar di dunia penerbangan, citra Garuda jatuh.

Bisa saja konsumen khawatir, nanti jangan-jangan ada barang-barang haram, dan berbahaya di bagasi pesawat. Gosip buruk dalam persaingan niaga biasa, karena Garuda, ini yang paling hebat dan aman.

"Tidak boleh main-main sedikitpun dengan urusan Garuda, ada resiko tertentu yg mengait dengan citra Indonesia. Terlebih, ini pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Direktur Utama."

Nah, kita harus sadar, hal-hal seperti ini akan bisa menyeret nama Indonesia.

Analisis pernah penulis buat tentang Kasus Malaysian Airlines, Mistery MH370 dan MH17, menjatuhkan citra Flag Air Carrier Malaysia. Konsumen takut naik pesawat Malaysian Airlines, mengimbas banyak pegawai di-PHK karena nilai sahamnya runtuh.

Mati-matian PM Malaysia berjuang, selama lima tahun dari kasus Maret 2014, hingga kini belum juga sehat penuh untuk mengembalikan citranya.

Jadi persoalannya, kasus Garuda tersebut, bukan sedikit banyaknya apa yang diselundupkan, pelanggaran prinsip itu intinya. Sesuatu yang besar pasti dimulai dari yanhlg kecil. 

Dari persepsi intelijen, Manajemen Garuda perlu segera melakukan pemeriksaan security, membenahi, dan update fungsi intelijen di Garuda (Pampers, PamMat, PamInfo dan PamGiat).

Salut dengan keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang langsung memecat sang Dirut dan akan melakukan prosedur lain karena Garuda ini perusahaan publik. Ini kasus besar kedua setelah kasus suap, kongkalikong Emir Satar yang juga Dirut.

Itu analisis yang serius. Nah, ada pesan moral yang perlu diingat para pemegang amanah itu: "Berat memang jadi Dirut Garuda, tapi lebih berat lagi kalau tidak jadi Dirut" (harusnya masing-masing menanyakan dirinya banget).

Ada lagi yang ngetwit unik: "Gara2 tuh Dirut, bini jd tahu harga sepeda Brompton-ku, terus mintanya macam;macam." Waduuh.

Pray dulu juga hobi naik Harley, motor dapat lungsuran dari keponakan, yang biasa saja Electra Glide, bukan seprti yang disita itu. Karena sudah makin sepuh Uti minta HD-nya "dijokul" (dijual) saja. Siaaap, daripada gak dibikinin kopi dan minuman gula jahe khas Jogja (males ngerebus airnya Bro!).

Yuuk, malam Sabtu... mari window shopping ke Mall.

Oleh: Prayitno Wongsodijojo Ramelan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun