Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Penusukan Wiranto dan Kegagalan Fungsi Intelijen

11 Oktober 2019   12:03 Diperbarui: 11 Oktober 2019   19:24 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Pendompleng itu adalah kader atau simpatisan yang tergabung dalam JAD (Jamaah Anshorut Daulah) yang berafiliasi ke ISIS.

Sel tidur ISIS yang sudah cukup lama tidak beraksi kini mulai menggeliat. Setelah terbukti ada ilmuwan yang membuat bom rakitan dan molotov, dipersiapkan menyerang target tertentu menjelang pelantikan, kini aksi teror dilakulan dengan senjata semacam senjata tajam khusus.

Pada serangan teror di beberapa negara Eropa, serangan teror terpilih dengan pisau efektif dalam melukai target. Sesuai dengan teori, bahwa teror dalam ilmu intelijen adalah sarana conditioning (penggalangan) untuk menciptakan rasa takut.

Serangan teror di sini untuk menunjukkan mereka tetap eksis. Korban (target) jumlahnya tidak perlu banyak, tetapi apabila target kedudukan sosialnya tinggi, efek menciptakan rasa takut akan makin besar karena akan terus diberitakan oleh media.

Wiranto adalah studi kasus, satu korban, tetapi terus diberitakan. Karena itulah dia ditetapkan menjadi target, teroris JAD/ISIS eksistesinya diberitakan gratis oleh media, ini yang mereka harapkan.

Melihat keberanian pelaku yang melakukan serangan pada wilayah pengamanan yang steril, nampaknya semua sudah diperhitungkan dan direncanakan dengan matang.

Pelaku SA mampu mengelabui petugas yang ada. Dia mampu menerobos celah kelemahan sistem pengamanan Menko Polhukam. Ini menunjukkan SA atau Abu Rara adalah teroris yang terlatih dan sudah termotivasi siap mati (fatwa; Siap menjemput surga).

Dari kasus di Menes ini, menjelang sembilan hari pelantikan Presiden dan Wapres, perlu diperdalam seberapa besar kelompok JAD/ TWJ akan melibatkan diri melakukan serangan teror? Kelebihan teroris dari aparat keamanan karena inisiatif berada ditangan mereka.

Nampaknya dukungan dana dari luar negeri, khususnya Timur Tengah semakin mengecil, terlebih setelah tokoh teroris Bachrun Naim sebagai handler diberitakan tewas oleh serangam rudal drone milik AU Amerika (USAF).

Kesimpulan dan saran
Disimpulkan, serangan di Menes terencana dengan baik, pelaku termasuk simpatisan yang sudah tercuci otaknya dan siap mati. Serangan pisau menunjukkan JAD tidak memiliki dana khusus untuk membuat bom.

Kemungkinan mereka telah mempersiapkan pelaku teror tidak hanya satu ini saja untuk melakukan serangan serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun