Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Waspada, Indonesia Mulai Disusupi Pengondisian Dua Negara Adidaya

13 September 2019   14:45 Diperbarui: 13 September 2019   15:49 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Kamis pagi (12/9/2019) Pray diundang oleh Pengurus FKPPI menghadiri seminar dalam rangka HUT ke-41 FKPPI dan HUT ke-60 PEPABRI di Grand Ballroom Hotel Sultan.

Rencana awal Pray diminta untuk menjadi narasumber ancaman nasional dari persepsi intelijen, tapi karena topik mirip akhirnya Pak Bob Mangindaan rekan satu tim yang manggung.

Tema syukuran PEPABRI tersebut bertajuk "Rajut Persatuan Indonesia Kokoh" dan tema FKPPI "Bersatu dan Berdaulat dlm Mempertahankan Pancasila, UUD 45 dan NKRI.

Seminar dibuka oleh Mantan Wapres Jenderal Purn Try Sutrisno. Dan sebagai moderator tokoh utama FKPPI mas Indra Bambang Utoyo (IBU). Juga tampak sebagai narsum bapak Ponco Sutowo Ketum FKPPI, Jenderal Pur Kiki Syahnakri, Ketum PPAD, Deputy Penindakan BNPT serta Jenderal Pur Agum Gumelar (Ketua Pepabri).

Berhubung inti seminar tentang kewaspadaan nasional, menarik yang disampaikan oleh Laksda Purn Robert (Bob) Mangindaan dari Lemhannas yang juga sama-sama Pray di team Anstra Kemhan. Makalah yang disampaikan adalah ancaman nasional bagi bangsa Indonesia 2019-2024.

Ini bila dicermati seperti sebuah briefing intelijen halus dan terbuka tentang ancaman dari persepsi intelstrat, perlu diketahui bersama untuk menambah wawasan para anggota FKPPI.

Pak Bob menyampaikan bahwa di dunia sebagai bersaing dua kekuatan besar yaitu AS dan China (Tiongkok) dalam mengembangkan pengaruh kekuasaan (hegemoni). AS sebagai super power kini memiliki 7 instrumen yang bisa dipergunakan untuk kepentingan nasionalnya dalam memengaruhi menguasai negara lain.

Ketujuh instrumen tadi adalah militer, intelijen, diplomatik, aspek legal, informasi, finance dan ekonomi. Instrumen tersebut bisa dimainkan baik secara smart, soft maupun hard power sesuai kebutuhan. Selain AS sebagai negara super power, Presiden AS memiliki kekuatan besar, dinmana Presiden Trump menguasai dana US$70 miliar dan dapat dipergunakan untuk kepentingan AS dalam berurusan dengan negara lain.

Sementara itu di lain sisi, sang pesaing, China menerapkan strategi One Belt One Road dengan enam instrumen dalam berurusan ("menguasai") negara yang ditarget yaitu psiko-kultural, media informasi, aspek legal, finance, investasi, dan milisia.

Sejak 2007 China mengembangan strategi penguasaan dua Samudera dan sudah mulai diterapkan sejak 2015 dengan menyebarkan 33.000 kapal milisinya

Nah, dari apa yang disampaikan Pak Bob, Pray sepaham dari persepsi intelijen bahwa disadari atau tidak kini Indonesia sudah mulai tersusupi/terinfiltrasi upaya conditioning negara lain. Pada 2019 telah terjadi perubahan sosial yang menimbulkan krisis identitas, krisis integritas, dan krisis nasionalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun