Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ada Baiknya Golkar Memilih Ketum Alternatif

16 Agustus 2019   13:25 Diperbarui: 16 Agustus 2019   15:56 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SImpatisan Partai Golongan Karya (Golkar) | Foto: Antara Foto/M. Adimaja

Mencermati dinamika politik beberapa waktu terakhir dengan merapatnya Prabowo ke Bu Mega, secara tersirat muncul poros baru PDIP-Gerindra.

Empat parpol pendukung Pak Jokowi (Golkar, Nasdem, PKB dan PPP) juga menyiratkan menjadi poros tersendiri dan tetap mendukung Pak Jokowi.

Lantas, apa yang menarik? Tiga parpol yang perolehan suaranya terbanyak, mulai berbeda kubu. PDIP dengan Gerindra yang memiliki Ketum "Patron" aman dari kekisruhan, sementara di Golkar terlihat Ketumnya, Airlangga di nilai turun kredibilitasnya, mulai digoyang.

Golkar mereka nilai tidak solid, perolehan suara nasional dan kursi di DPR turun dibandingkan Pemilu 2014.

Menurut salah satu tokoh Golkar Indra Bambang Utoyo, Sabtu (20/7/2019), faktor kepemimpinan yang memicu masalah.

"Tidak adanya isu strategis, tidak terlaksananya konsolidasi dengan baik, serta kasus2 korupsi yang menjerat kader partai," katanya.

Golkar ini pada awalnya dikenal sebagai Partai Tentara, cikal bakal Golkar lahir pada tahun 1964 atas dorongan Jenderal Ahmad Yani dengan nama Sekber Golkar,  dibentuk dengan misi mempertahankan ideologi bangsa Pancasila dari rongrongan PKI atau komunisme.

Dari tantangan pada beberapa tahun terakhir, selain komunis, ada gangguan ideologi baru yaitu menguatnya  konsep khilafah dalam veberapa versi.

Menurut Indra, Golkar tidak mampu menjadi benteng Pancasila dalam melawan khilafah terlihat saat kontestasi Pilgub DKI 2017 dan yang semakin memanas pada Pilpres 2019.

Analisis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun