Sebagai contoh di DKI saja gerilya BPN diinformasikan berhasil membentuk 201 unit (organisasi) pendukung, tersebar merata. Jakarta Selatan dan Timur banyak dikuasai pendukung Prabowo. Secara teori strategi dan taktis militer, TKN baru akan mampu  mengimbangi bila memiliki 600 unit serupa.
Prabowo pada pilpres 2014 selain mempunyai modal besar di Jawa Barat, terbentuknya militansi pendukung PKS yang pernah menguasai dua pilgub sebelumnya. Besarnya peluang menarik para millenial yang dibentuk melalui medsos dengan sarana cyber bisa menjadi ancaman tersendiri bagi TKN.
Kesimpulan
Walau kini beberapa lembaga survei menyampaikan bahwa paslon 01 masih lebih unggul dari paslon 02, waktu dua bulan masih cukup untuk cipkon mengubah keunggulan posisi.
Inisiatif penyerang berada di kubu paslon 01, dimana dalam rumus militer bagi yang bertahan (petahana), harus tiga kali lebih kuat dari penyerang, ini perlu diukur.
Pejabat dan ahli penggalangan di kubu BPN adalah purn TNI yang faham dengan perang psikologi, fokus hanya menangani  pilpres, sementara di kubu TKN para petugas penggalangan diragukan memiliki pengalaman dalam operasi serupa.
Ini bukan kegiatan politik semata, tetapi kemampuan intelijen dari tim menjadi pokok. Kerawanan TKN, karena tim juga sebagian disibukkan dengan pemilu legislatif. Masih ada waktu paling tidak satu setengah bulan bagi Erick Thohir dan Pak Moeldoko untuk membenahinya.
Adu strategi militer, adu ilmu intelijen penggalangan dan adu kemampuan cyber war penulis perkirakan akan makin mewarnai pilpres.
TKN jangan ternina-bobok dengan hasil survei dimana umumnya paslon 01 selalu unggul, BPN dan pendukung Paslon 02 juga sedang mempersiapkan diri untuk menang.
Memang debat paslon penting untuk menilai dua patron capres, tetapi menurut penulis, kecerdasan dan kecerdikan mengolah zona merah itulah intinya. Siapa yang lebih tajam dan mampu, Â diperkirakan dia yang akan menang. Kira-kira begitu. (PRAY.)
oleh: Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen.