Mohon tunggu...
Prawira Tama
Prawira Tama Mohon Tunggu... Insinyur - Pembaca

Prawira Tama, lahir di Lumajang dan hidup secara nomad di beberapa kota. Pernah terlibat dalam beberapa penulisan buku bersama. Buku (solo) kumpulan puisinya akan terbit segera.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyair Tanpa Hidangan

30 September 2020   11:15 Diperbarui: 18 Juli 2021   07:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi piring kosong | thatsmags.com

:Subagio Sastrowardoyo

Mereka akhirnya datang.
Yang selama ini tak terjangkau mata walau sebelah saja.
Berjalan kemari, keluar dari perut penguasa yang sesak oleh keserakahan.

Harapan mereka habis dimakan.
Harta satu-satunya yang dikepul dari jalanan kota,
dari kendaraan seliwer di terminal,
dari bau amis ikan di pasar,
dari tempat sampah-sampah mirip perut penguasa yang sesak oleh keserakahan.

Mereka lapar dan kita sedang tak punya hidangan.
Apa benar selama ini kita tak melihatnya?
Kita hanya taktahu rasanya hidup tanpa nyawa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun