Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju Indonesia Bersih Penuh Senyuman

11 Oktober 2016   10:23 Diperbarui: 11 Oktober 2016   18:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keindahan luar negeri seperti negara-negara maju sering kali membuat decak kagum bagi masyarakat Indonesia yang berkesempatan mengunjunginya, baik dalam kunjungan dinas, bisnis maupun kunjungan wisata. Semua hal itu tentunya didukung dengan kesiapan infrastruktur, lingkungan bersih yang tertata dengan rapi, serta tentunya disertai tingkat kedisiplinan warga setempat dalam berbagai aspek kehidupan. Tingkat kedisiplinan tersebut dapat dilihat dari budaya antri, pengelolaan sampah rumah tangga maupun industri, penggunaan energi yang ramah lingkungan. Lucunya ketika warga Indonesia yang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan setempat, ketika pulang ke tanah air justru kembali pada perilaku dasar seperti malas mengantri, membuang sampah sembarangan.

Malah berdasarkan data riset University of California tahun 2015, dikatakan bahwa jika Tiongkok merupakan negara nomor satu penghasil sampah di lautan,  maka nomor duanya adalah Indonesia. Sebenarnya segala keindahan luar negeri tersebut yang ditopang oleh infrastruktur modern dan tertata rapi, masih kalah jauh dengan potensi keindahan beranekaragam di Indonesia. Diperlukan Revolusi Mental yang berkelanjutan untuk mewujudkan tingkat kesadaran tinggi masyarakat. 

Saat Joko Widodo masih aktif sebagai pebisnis mebel sebelum berkiprah sebagai Walikota Solo (Surakarta), ketika melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri bertemu sang partner sering kali berpikir bagaimana segala modernisasi dapat diwujudkan di Indonesia dengan kearifan lokal. Semua impian tersebut mulai dapat diimplementasikan mulai sejak menjabat Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga saat ini Presiden Republik Indonesia. Pada 19 September 2015 diluncurkan Gerakan Budaya Bersih & Senyum (GBBS) oleh Rizal Ramli (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman) dan Puan Maharani (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan) pada event Sail Tomini, sebagai wujud implementasi gerakan nasional Revolusi Mental yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. 

Menurut Musyafarah Mahmud ( Wakil Ketua Satgas GBBS / Ketua Dharma Wanita Persatuan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman) yang disampaikan dalam Kompasiana Nangkring - Kemenko Bidang Kemaritiman pada 9 September 2016 lalu, budaya bersih itu ternyata sudah dipraktekkan puluhan tahun oleh warga salah satu desa di Bali. Keberlanjutan bersihnya desa tersebut berkat pengenalan dan penerapan budaya bersih sejak usia kecil. 

Hal kecil seperti inilah akan sangat berpengaruh pada program pariwisata yang dibutuhkan fasilitas lingkungan yang bersih dengan layanan serta keramah tamahan terhadap kedatangan wisatawan. Padahal di tahun 2020 sektor pariwisata akan menjadi tambang devisa bagi negara, mengungguli pendapatan dari sektor perkebunan, pertambangan & migas. Diperkirakan jumlah SDM kepariwisataan saat itu akan delapan kali lipat dari jumlah SDM perkebunan dan pertambangan. Kebijakan kepariwisataan yang akan mendukung upaya mendatangkan wisatawan, tentu harus diimbangi dengan lingkungan bersih dan sehat. Bahkan harus diakui justru ada banyak orang asing yang justru lebih aktif menjaga kebersihan lingkungan setempat. 

Dikatakan Eddy Susilo (Kepala Bagian Jejaring Inovasi Pariwisata Bahari / Penanggung Jawab GBBS) bahwa Kemenko Kemaritiman mendapatkan mandat mewujudkan program Indonesia Bersih, dengan program unggulan Gerakan Budaya Bersih & Senyum (GBBS). Gerakan Revolusi Mental yang berada dibawah naungan Kemenko PMK, tentunya implementasi program GBBS diperlukan sinergi antar pemangku kepentingan (stakeholders). Program GBBS yang baru berjalan satu tahun ini, sosialisasi dilakukan dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi dan komunitas masyarakat lokal. Ini diharapkan akan memberikan manfaat bernilai ekonomis pada kedepannya.

Sementara itu penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan (SCP) merupakan salah satu strategi perbaikan kualitas lingkungan hidup, yang diamanatkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Pola konsumsi berkelanjutan mendorong agar kegiatan konsumsi dilakukan lebih ramah lingkungan yaitu dengan memperhatikan dampak mulai barang diproduksi hingga proses pembuangan (from cradle to grave) dalam mengkonsumsi apapun serta meminimalkan penggunaan sumber daya, sampah dan polusi. 

Terkait kesepakatan internasional agenda ke-12 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs- Sustainable Development Goals) dan implementasi pola Produksi & Konsumsi Berkelanjutan (SCP- Sustainable Consumption and Production ), Tim Perumus Standar Pelayanan Masyarakat pada Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan telah menyusun Standar Pelayanan Masyarakat (SPM) pada 8 Desember 2015. SPM pada Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan, Pariwisata Alam, digunakan sebagai standar pedoman bagi para pemangku kepentingan. Ketiga SPM tersebut nantinya akan dapat menjadi daya dukung kebijakan GBBS. 

Pada SPM Pasar Rakyat dan Pusat Perbelanjaan akan memberi rekomendasi perilaku bagi pengelola/penyedia fasilitas, pedagang dan pengunjung/pengguna berupa pemanfaatan sumber daya alam secara efisien, pengelolaan sampah serta informasi, kesadaran & gaya hidup. Rekomendasi perilaku bagi pengelola/ penyedia fasilitas dalam hal pemanfaatan SDA yang efisien antara lain konservasi air (pembatasan air tanah sebagai sumber air bersih, pemanfaatan air hujan, menyediakan penampung air bersih dengan volume memadai, penyediaan IPAL-instalasi pengolahan air limbah, pemantauan berkala limbah cair/ kualitas air olahan IPAL, pemanfaatan air daur ulang IPAL untuk penggunaan non bahan pangan, penempatan toilet sesuai kapasitas pengunjung dan mudah dijangkau, penyediaan tempat sampah toilet, penyediaan kloset duduk/jongkok, penggunaan air pembilas urinoir maksimum 4L per flush, pembatasan air & penggunaan air kran/faucet 10 L / menit @80 Psi & penyediaan sabun tangan serta pengaturan besar kecilnya pancaran air pada wastafel, penyediaan sumur resapan/biopori), efisiensi energy (melakukan edukasi hemat listrik, penggunaan lampu hemat energy/LED berSNI, menggunakan alat listrik yang hemat daya, pengaturan suhu dan waktu AC dengan teknologi inverter, penambahan sensor berhentinya eskalator secara otomatis bila tak ada pengunjung yang menggunakan), efisiensi tisu/bahan pembersih (pengaturan penyediaan tisu sesuai fungsi & peruntukan, meminimalkan penggunaan pembersih berbahan kimia, penyediaan bahan pembersih berbasis enzim, menggunakan bahan pewangi ramah lingkungan/ tidak mengganggu pernafasan), efisiensi bahan makanan (penyediaan porsi makanan, mengedukasi penyediaan porsi menu makanan yang cukup), efisiensi bahan baku/produk (bahan baku/produk dalam keadaan bersih/siap jual). 

Untuk pengelolaan sampah antara lain penyediaan wadah sampah tertutup & pemilahan sampah sesuai jenisnya, pengolahan sampah organik, pengolahan food loss/waste menjadi kompos, penyediaan tempat penampungan sampah daur ulang & instalasi komposter, penyediaan bank sampah & ATM sampah sendiri atau dengan kemitraan, pemisahan transpoter sampah & pengangkutan sampah oleh instansi berwenang jika tak dapat ditangani sendiri,  penyetoran sampah organik ke bank sampah. 

Untuk informasi, kesadaran & gaya hidup antara lain penyediaan informasi & kampanye 3R-reduce-reuse-recycle (penghematan kantong belanja plastik, penggunaan kantong plastik yang biodegradable, tanpa penggunaan kemasan styroform, penggunaan kantong berbahan kertas, penggunaan wadah jerigen untuk produk cair, pemilahan sampah untuk didaur ulang, membuat event/program khusus pengembalian kemasan), ruang terbuka hijau (penyediaan pepohonan untuk sirkulasi udara & penyerapan air hujan, penyediaan sumur resapan/biopori), lahan parkir (perencanaan sirkulasi perpakiran yang dilengkapi rambu-rambu/ papan informasi & ramah bagi pejalan kaki, tersedia toilet & area menunggu, tersedia parkir khusus handicap, sepeda, pengemudi wanita). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun