WAHAI ADMIN, LEWATKAN SAJA TULISAN INI.
Commuterline, 9 Feb. 2017
Pikiran itu tiba-tiba muncul setelah melihat judul sebuah berita di halaman pertama Harian Kompas. Hari Pers Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 Februari ini mendorong sebuah pertanyaan keluar yakni: Apakah para blogger bisa disetarakan dengan para jurnalis?
Saya akan sedikit cerita tentang latar belakang saya. Sedikit saja. Saya pernah bekerja di sebuah media nasional, sebagai jurnalis (dan mungkin akan terulang). Tidak lama memang, hanya sekitar satu setengah tahun yang boleh dibilang belum cukup dewasa kehidupan saya sebagai jurnalis waktu itu.
Hidup sebagai jurnalis adalah sebuah "keasyikan" tersendiri. Bahkan tidak jarang hal ini bisa menjadi candu bagi para penikmatnya. Setiap hari, tantangan yang dihadapi selalu berbeda. Bertemu orang baru, kawan baru, bahkan "musuh" baru bisa saja terjadi di lapangan setiap saat. Itu yang membuatnya menjadi nikmat, ada "greget" tersendiri yang bisa saya rasakan ketika itu.
Oke, cukup.
Kemudian, saya beralih pekerjaan, masih dalam lingkup media, tapi 180 derajat sangat berbeda. Pekerjaan saya kali ini sangat bersinggungan dengan apa yang disebut "ngeblog". Sebagai penulis dan pengembang konten, tidak jauh-jauh jobdesk yang saya hadapi dengan pekerjaan saya yang sebelumnya. Tapi tetap, perbedaannya 180 derajat.
Dalam jobdesk yang saya dapat di kantor ini, saya diminta untuk banyak menulis, menghasilkan konten untuk memperkaya kuantitas dan kualitas tulisan namun dengan gaya yang berbeda dengan media arus utama. Jelas, gaya tulisan yang harus saya anut adalah gaya para blogger yang lebih personal, bisa mengandung subjektivitas, dan tentu dengan sudut pandang berbeda.
Sulit? Jelas sulit.
Terbiasa dengan gaya tulisan arus utama yang bertumpu pada kejadian, objektivitas, serta aktualitas membuat saya pusing setengah mati. Pasalnya, meski tulisan blogger (bisa dianggap) lebih bebas, fleksibel, dan ringan, saya harus menyisipkan opini dalam tulisan agar nilai-nilai tulisan tidak hilang dan hambar. Beropini ga susah-susah amat kok, tapi memertahankannya yang sulit. Itu. Opini yang disisipkan harus berdasar kenyataan, data, dan ada bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lalu apa kemudian blogger bisa dibilang lebih hebat dari jurnalis? Jawabannya: tidak demikian.