Mohon tunggu...
yudhi
yudhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidikan itu mengobarkan api dan bukan mengisi bejana. (Socrates)

Suka tertawa sendiri, tetapi tidak gila. Hu hu hu ha ha ha ....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Demokrasi Indonesia

17 Mei 2019   14:59 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:06 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah demokrasi Indonesia yang sesungguhnya adalah 51% vs 49% seperti yang terjadi sekarang ini ? Tentu saja tidak. Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang ber-kebijaksanaan. Dan kebijaksanaan itu tidak menyangkut tentang hitungan angka-angka secara matematika, tetapi menyangkut tentang pemenuhan rasa keadilan dan kebenaran di dalam hati dari semua pihak yang berada di dalam sebuah perkara.

Itulah sebabnya untuk menyelesaikan sebuah masalah, maka semua pihak perlu bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama, bukan hanya berdasarkan mekanisme voting utk menentukan hasil akhir. Bahkan di dalam sebuah musyawarah yang diikuti oleh 10 orang, jika ada 9 orang yang setuju, sementara ada 1 orang yang tidak setuju, maka kesepakatan dan hasil akhir tidak dapat tercapai. Haruslah 10 orang (semua orang) setuju dan bersepakat barulah bisa diperoleh hasil akhir.

Sebagai contoh, pada Kompasiana selalu menerbitkan artikel-artikel dari penulis-penulis handal di halaman utama, sementara penulis-penulis tidak handal tidak pernah sekalipun muncul artikelnya di halaman utama, maka pastilah terjadi kecemburuan yang sangat antar warga Kompasiana karena mendapat perlakuan yang tidak adil.

Jadi adalah bijaksana jika Kompasiana secara seimbang juga mengorbitkan penulis-penulis tidak handal dengan menerbitkan artikelnya di halaman utama, bukan soal baik-buruk artikelnya, tetapi soal pemenuhan rasa keadilan bagi semua warga Kompasiana, baik bagi penulis handal dan juga bagi penulis tidak handal.

Yang sudah kaya, bagilah harta kepada yang miskin. Yang sudah mendapat kesempatan, berilah kesempatan kepada yg belum pernah mendapat kesempatan. Yang kuat menguatkan yang lemah. Yang menang memenangkan yang kalah. Yang pintar, bagilah ilmu kepada yang bodoh.

Justru dengan adanya kebijaksanaan seperti inilah negara Indonesia bisa tetap utuh dan damai. Hal-hal seperti inilah yang telah hilang di masa pemerintahan sekarang ini, sebab semuanya hanya dinilai berdasarkan hitungan angka-angka dan pasal-pasal di dalam UU saja, tetapi mengabaikan asas pemenuhan rasa keadilan dan kebenaran di dalam hati dari semua pihak.

Rasa keadilan dan kebenaran itu bukan hanya sebatas 1+1=2, tetapi bisa jadi 1+1 hasilnya 0, 1, 2, 3, atau bahkan 1000 selama ada pemenuhan rasa keadilan dan kebenaran bagi semua pihak yg terlibat di dalam sebuah perkara. Dan inilah kebijaksanaan yang sejati, yaitu kebijaksanaan yang bukan berdasarkan hitungan matematika atau pasal-pasal di dalam UU, melainkan berdasarkan pertimbangan hati dan moral, serta belas kasihan kepada sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun